Bloggerberdatu

7/14/13

Al-walid bin Abdul malik

Penaklukan negeri asing
Masa pemerintahan Al-Walid bin ‘Abdul Malik terhitung sebagai masa penaklukan yang besar. Kaum muslimin menyambut jihad dengan gegap gempita dan dijadikan oleh mereka sebagai tujuan dan cita-cita. Empat orang panglima perang yang terkenal memberikan pengaruh yang besar pads upaya penaklukan negeri, mereka adalah: Qutaibah bin Muslim Al Baahili, Muhammad bin Al Qasim Ats-Tsaqafi, Musa bin Nushair, dan Maslamah bin ‘Abdul Malik.
1. Qutaibah bin Muslim dan penaklukan wilayah di seberang sungai Jaihun (S. Amudarya)
Qutaibah diangkat oleh Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi sebagai pimpinan di wilayah Khurasan pada tahun 86 H. Pada waktu itu Al-Hajjaj sendiri sebagai gubernur untuk wilayah Iraq, Persia, dan Khurasan. Qutaibah memiliki kecakapan dan kelihaian dalam medan perang sehingga beliau menjadi teladan. Namanya mampu membuat gentar musuh sehingga kekuatan mereka menjadi lemah dan memaksa mereka untuk menyerah dan tunduk.
Pada tahun 86 H Qutaibah menuju kota Balkha untuk menyerangnya. Para kepala distrik dan pembesar kota ini menyambutnya kemudian mengiringinya dalam keadaan mentaati dan mendukungnya.
Ketika telah menyeberangi sungai, Qutaibah ditemui oleh penguasa Shaghani dalam keadaan tunduk dan patuh. Pembesar negeri ini memberinya hadiah yang banyak dan menyerahkan negeri kepadanya. Setelah itu beliau berlalu menuju Shaghad dan berhasil menaklukan kota Bikandi pada tahun 87 H.
Qutaibah terus melanjutkan upaya penaklukan dan senantiasa mendapat kemenangan sampai kemudian berhasil menaklukan kota Bukhara dan
Samarkand. Sebelum datang tahun 93 H beliau telah berhasil menaklukan kota Kasyan, ibu kota negeri Farghan.
Qutaibah, dengan penaklukan yang gemilang ini, telah membuat perhatian Khalifah Al-Walid bin ‘Abdul Malik tertuju kepadanya, sehingga sang khalifah me­ngirim surat kepadanya yang menunjuk­kan betapa besar penghormatan yang diberikan oleh khalifah kepadanya. Sebagian isi surat itu adalah: “Amirul Mukminin telah mengetahui betapa berat ujian yang anda alami dan betapa besar upayamu dalam berjihad melawan musuh­-musuh Islam. Amirul Mu’minin mengangkat pangkat dun memberikan kepadamu tanda jasa yang setimpal. Oleh karena itu, sem­purnakanlah perjalanan perangmu dan nantikanlah pahala dari Rabbmu. Jangan­lah engkau lupa untuk menulis balasan kepada Amirul Mukminin sehingga seakan aku melihat negeri dan medan pertempuran yang engkau sedang berada di sana. ”
Surat khalifah yang ditujukan kepada Qutaibah membuatnya semakin terdorong untuk melanjutkan jihad sehingga mencapai wilayah perbatasan Cina dan berhasil menaklukan wilayah Kasyghar serta memaksa penguasanya membayar upeti tiap tahun. Setelah itu beliau kembali ke Khurasan.
2. Muhammad bin Al Qasim dan penaklukan kota Sindi.
Adapun Muhammad bin Al Qasim adalah seorang ksatria muda yang ditangannya kota Sindi berhasil ditaklukkan. Kota Sindi adalah sebuah negeri yang terletak di delta sungai Sindus, memanjang sampai negeri/ kota Punjab di sebelah utaranya. Sekarang menjadi bagian terbesar dari negara Pakistan.
Negeri ini dahulunya adalah negeri yang menjadi markas bahaya yang mengancam kerajaan Islam pada masa Al-Walid bin `Abdul Malik. Kadang muncul dari sang gerombolan bajak laut yang menyerang pedagang-pedagang muslim. Hal ini mendorong Al-Hajjaj Ats-Tsaqafi untuk meminta bantuan kepada khalifah dalam rangka penaklukan. Juga untuk menghentikan perlawanan dan menjaga stabilitas jalur perdagangan dan perbatasan negeri Islam.
Khalifah meluluskan permintaan Al-Hajjaj dan mengizinkannya untuk menaklukan negeri ini. Al-Hajjaj menyiapkan pasukan besar dan menunjuk menantu sekaligus anak saudaranya, yaitu ksatria muda Muhammad bin Al Qasim Ats-Tsaqafi yang belum genap berusia 18 tahun.
Pasukan besar ini mulai bergerak ke arah Sindi pada tahun 89 H. Panglima yang pemberani ini menuju kota Daibul [13]. Sesampainya di kota ini beliau mengepungnya sehingga mampu menguasai dengan menggunakan kekuatan dan memerangi penduduknya selama tiga hari. Hal ini mereka lakukan karena kerusakan yang ada pada mereka dan. juga sebagai bentuk menakut-nakuti terhadap orang kafir. Kemudian membangun rumah dan masjid untuk kaum muslimin dan menurunkan pasukan pengaman sebesar 4.000 personil.
Setelah itu beliau menuju ke kota. Bairun [14] beliau berhasil menguasainya dan disambut dengan baik oleh penduduknya. Beliau melanjutkan lagi upaya penaklukan dan pelebaran wilayah. Sampai kemudian beliau bertemu dengan raja mereka, Dahir, di tepi sungai Sind us. Terjadilah peperangan yang sengit dan berakhir dengan terbunuhnya Dahir dan kekalahan pasukannya.
Beliau masih terus melanjutkan upaya perluasan wilayah sampai mencapai daerah Miltan yang terletak di sebelah selatan. Punjab. Penduduk daerah ini melakukan perlawanan, akan tetapi kemenangan ada pada pihak kaum muslimin. Jumlah mereka yang terbunuh adalah sangat banyak, dan ghanimah (rampasan perang) dalam jumlah yang besar beliau dapatkan. Demikianlah beliau senantiasa berperang clan senantiasa mendapat kemenangan demi kemenangan hingga seluruh negeri Sind bertekuk lutut di hadapannya.
Foot Note:
[13] Kota ini tidak jauh dari pelabuhah Pakistan yaitu kota Karachi.
[14 ]Kota yang dinisbatkan ke kota in seorang ulama muslim Al Bairuni
 3. Musa bin Nushair dan penaklukan negeri Andalus (Spanyol)
Pada tahun-tahun sebelum Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah (ke Madinah), Al-Quuth (orang-orang Goth) menyerang Andalusia dan berhasil mengusir Wundal darinya. Pada waktu yang tidak bersamaan, Yahudi memasuki wilayah ini sehingga terjadilah per­musuhan dan peperangan yang sengit antara mereka dengan orang-orang Nasrani. Permusuhan dan peperangan ini mencapai tingkat yang sangat membahayakan.
Dipihak lain, para pembesar Al Quuth berlomba-lomba di Andalusia untuk mendapat kemewahan dan kedudukan. Mereka saling berebut kursi kekuasaan sehingga permusuhan di kalangan mereka sendiri sangat parah. Sedangkan tokoh-­tokoh masyarakat dan pemuka agama membagi wilayah ini menjadi wilayah-­wilayah yang kecil dan mereka menempati istana yang megah. Usaha perindustrian dan pertanian mereka tinggalkan dan dibebankan kepada para budak yang hidup mereka sangat terhina dan terlecehkan. Para tokoh dan pemuka agama membebankan pajak yang tidak berperi kemanusiaan kepada para petani dan masyarakat golongan menengah. Sehingga masyarakat benar-benar dalam jurang kebinasaan dan kesengsaraan.
Gambaran keadaan yang seperti ini jauh berbeda dengan keadaan Afrika Utara pada waktu yang sama, mereka merasakan kenikmatan hidup di bawah kekuasaan kaum muslimin [15] yang penuh dengan keadilan, kesenangan, dan ketenangan. Sehingga bukan perkara yang sangat mengherankan bila penduduk Asbani (Spanyol) dan orang-orang yang hidup di sana dari kalangan Yahudi berharap bisa lolos dari sistem hukum Al-Quuth yang penuh dengan kelaliman dan berharap ada yang man melepaskan mereka darinya.
Keadaan yang seperti itulah yang menjadi pemicu untuk memikirkan penyerangan ke negeri ini (Spanyol). Ketika itu kaum muslimin yang berada di seberang lautan telah merasakan waktu yang tepat untuk mengadakan penaklukan yang besar dalam rangka menyebarkan agama dan menghilangkan kezhaliman. Pemikiran ini terus membayangi pada diri Musa bin Nushair. Lalu beliau meminta petunjuk kepada Khalifah Al-Walid dan disetujui. Berbagai persiapan dilakukan, pasukan pertama di bawah komandan Thariq bin Ziyad disiagakan. Ketika itu Thariq adalah orang kepercayaannya, juga terkenal dengan keberanian dan kelihaiannya.
Foot Note
[15] Penaklukan secara menyeluruh pada Afrika Utara di bawah pimpinan ‘Uqbah bin Nafi’ pada masa pemerintahan Yazid bin Muawiyyah. ‘Uqbah ketika itu telah berada di tepian pantai sambil mengatakan: Wahai Rabbku, kalau bukan karena lautan ini sungguh aku akan terus berjalan menaklukkan negeri-negeri dalam jihad di jalan-Mu. Kemudian di bawah pimpinan Hassan bin An Nu’man dan Musa bin An Nushair rahimahullah
Bersambung 

0 komentar: