Ia lebih muda tiga belas tahun dari Nabi Muhammad SAW. Sejak kecil ia sudah terkenal cerdas dan pemberani. Tidak pernah takut menyatakan kebenaran di hadapan siapa pun. Tidaklah mengherankan jika setelah Umar memeluk Islam, barisan kaum muslimin ditakuti oleh orang-orang kafir Quraisy. Ia yang sebelum memeluk Islam paling berani menentang Islam, setelah memeluk Islam paling berani menghadapi musuh-musuh Islam. Kemudian terkenal lah Umar sebagai “Singa Padang Pasir” yang sangat disegani. Umar memiliki kepribadian yang sangat kuat dan tegas dalam memperjuangkan kebenaran. Oleh karena itu ia digelari “Al-Faruq”, artinya yang dengan tegas membedakan yang benar dan yang salah.
Umar adalah khalifah kedua dalam sejarah Islam. Pengangkatan Umar bukan berdasarkan konsensus tetapi berdasarkan surat wasiat yang ditinggalkan oleh Abu Bakar. Hal ini tidak menimbulkan pertentangan berarti di kalangan umat islam saat itu karena umat Muslim sangat mengenal Umar sebagai orang yang paling dekat dan paling setia membela ajaran Islam. Hanya segelintir kaum, yang kelak menjadi golongan Syi’ah, yang tetap berpendapat bahwa seharusnya Ali yang menjadi khalifah.
Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar bin Khatthab sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam. Kebijaksanaan Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera secara beramai-ramai membaiat Umar. Umar menyebut dirinya Khalifah Rasulillah (pengganti dari Rasulullah). Ia juga memperkenalkan istilah Amir al-Mu’minin (petinggi orang-orang yang beriman).
Di zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi; ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan ‘Amr ibn ‘Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Sa’ad ibn Abi Waqqash. Iskandariah (Alexandria, sekarang Istanbul), ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh pada tahun 637 M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Moshul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar Radhiallahu ‘anhu, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir.
Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia. Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Beberapa departemen yang dipandang perlu didirikan. Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk. Demikian pula jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa mata uang, dan membuat tahun hijriah.
Selain pemberani, Umar bin Khattab juga seorang yang cerdas. Dalam masalah ilmu diriwayatkan oleh Al Hakim dan Thabrani dari Ibnu Mas’ud berkata, ”Seandainya ilmu Umar bin Khattab diletakkan pada tepi timbangan yang satu dan ilmu seluruh penghuni bumi diletakkan pada tepi timbangan yang lain, niscaya ilmu Umar bin Khattab lebih berat dibandingkan ilmu mereka. Mayoritas sahabatpun berpendapat bahwa Umar bin Khattab menguasai 9 dari 10 ilmu. Dengan kecerdasannya beliau menelurkan konsep-konsep baru, seperti menghimpun Al Qur’an dalam bentuk mushaf, menetapkan tahun hijriyah sebagai kalender umat Islam, membentuk kas negara (Baitul Maal), menyatukan orang-orang yang melakukan sholat sunah tarawih dengan satu imam, menciptakan lembaga peradilan, membentuk lembaga perkantoran, membangun balai pengobatan, membangun tempat penginapan, memanfaatkan kapal laut untuk perdagangan, menetapkan hukuman cambuk bagi peminum “khamr” (minuman keras) sebanyak 80 kali cambuk, mencetak mata uang dirham, audit bagi para pejabat serta pegawai dan juga konsep yang lainnya.
Jasa-jasa Umar sewaktu menjadi khalifah antara lain :
1. Penetapan tahun Hijriyah sebagai tahun resmi.
2. Bea cukai sebagai pendapatan negara.
3. Tunjangan sosial bagi orang-orang miskin di kalangan Yahudi dan Kristen.
4. Pembangunan kota-kota dan saluran air untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
5. Pemberian gaji bagi imam dan muadzin.
6. Penghapusan perbudakan.
7. Pembangunan sekolah-sekolah.
8. Kodifikasi Al-Qur’an
9. Tradisi sholat Tarawih berjamaah.
Khalifah Umar bin Khatab dikenal sebagai pemimpin yang sangat
disayangi rakyatnya karena perhatian dan tanggungjawabnya yang luar
biasa pada rakyatnya. Salah satu kebiasaannya adalah melakukan
pengawasan langsung dan sendirian berkeliling kota mengawasi kehidupan
rakyatnya. Inilah beberapa kisahnya.Pada suatu malam hartawan Abdurrahman bin Auf dipanggil oleh Khalifah Umar bin Khattab untuk diajak pergi ke pinggir kota Madinah.“Malam ini akan ada serombongan kafilah yang hendak bermalam di pinggir kota, dalam perjalanan pulang”, kata Khalifah Umar kepada Abdurrahman bin Auf. “Lalu apa masalahnya?” tanya Abdurrahman.
“Kafilah ini akan membawa barang dagangan yang banyak, maka kita sebaiknya ikut menjaga keselamatan barang dari gangguan tangan-tangan usil. Jadi nanti malam kita bersama-sama harus mengawal mereka”, sahut
sang Khalifah. Abdurahman dengan senang hati membantu dan siap mengorbankan jiwa raganya menemani tugas khalifah yang ia cintai ini.
Demikianlah sang khalifah menjalankan tugasnya, turun tangan
langsung untuk memastikan rakyatnya tidur dan hidup dengan tenang.
Bahkan malam itu khalifah Umar mendesak Abdurahman untuk tidur sambil
siaga sementara ia sendiri tetap terjaga hingga pagi hari. Khalifah Umar
bin Khattab memang dikenal sebagai seorang pemimpin yang selalu
melakukan perbuatan-perbuatan baik secara diam-diam. Orang yang
ditolongnya sering tidak tahu, bahwa penolongnya adalah khalifah yang
sangat mereka cintai.
Pernah suatu malam Auza’iy pernah ‘memergoki’ Khalifah Umar masuk rumah
seseorang. Ketika keesokan harinya Auza’iy datang ke rumah itu, ternyata
penghuninya seorang janda tua yang buta dan sedang menderita sakit.
Janda itu mengatakan, bahwa tiap malam ada orang yang datang ke rumahnya
untuk mengirim makanan dan obat-obatan. Tetapi janda tua itu tidak
pernah tahu siapa orang tersebut! Padahal orang yang mengunjunginya tiap
malam tersebut tak lain adalah adalah khalifah yang sangat ia kagumi
selama ini.
Pada suatu malam lainnya ketika Khalifah Umar berjalan-jalan di
pinggir kota, tiba-tiba ia mendengar rintihan seorang wanita dari dalam
sebuah kemah yang lusuh. Ternyata yang merintih itu seorang wanita yang
akan melahirkan . Di sampingnya, duduk suaminya yang kebingungan. Maka
pulanglah sang Khalifah ke rumahnya untuk membawa isterinya, Ummu
Kalsum, untuk menolong wanita yang akan melahirkan anak itu. Tetapi
wanita yang ditolongnya itu pun tidak tahu bahwa orang yang menolongnya
dirinya adalah Khalifah Umar, Amirul Mukminin yang mereka cintai.
Pada kisah lainnya, ketika sang Khalifah sedang ’meronda’, ia mendengar tangisan anak-anak dari sebuah rumah kumuh. Dari pinggiran jendela ia mendengar, sang ibu sedang berusaha menenangkan anaknya. Rupanya anaknya menangis karena kelaparan sementara sang ibu tidak memiliki apapun untuk dimasak malam itu. Sang ibupun berusaha menenangkan sang anak dengan berpura-pura merebus sesuatu yang tak lain adalah batu, agar anaknya tenang dan berharap anaknya tertidur karena kelelahan menunggu. Sambil merebus batu dan tanpa mengetahui kehadiran Khalifah Umar diluar jendela, sang ibupun bergumam mengenai betapa enaknya hidup khalifah negeri ini dibanding hidupnya yang serba susah. Khalifah Umar yang mendengar hal ini tak dapat menahan tangisnya, iapun pergi saat itu juga meninggalkan rumah itu.
Pada kisah lainnya, ketika sang Khalifah sedang ’meronda’, ia mendengar tangisan anak-anak dari sebuah rumah kumuh. Dari pinggiran jendela ia mendengar, sang ibu sedang berusaha menenangkan anaknya. Rupanya anaknya menangis karena kelaparan sementara sang ibu tidak memiliki apapun untuk dimasak malam itu. Sang ibupun berusaha menenangkan sang anak dengan berpura-pura merebus sesuatu yang tak lain adalah batu, agar anaknya tenang dan berharap anaknya tertidur karena kelelahan menunggu. Sambil merebus batu dan tanpa mengetahui kehadiran Khalifah Umar diluar jendela, sang ibupun bergumam mengenai betapa enaknya hidup khalifah negeri ini dibanding hidupnya yang serba susah. Khalifah Umar yang mendengar hal ini tak dapat menahan tangisnya, iapun pergi saat itu juga meninggalkan rumah itu.
Malam itu juga ia menuju ke gudang makanan yang ada di kota, dan
mengambil sekarung bahan makanan untuk diberikan kepada keluarga yang
sedang kelaparan itu. Bahkan ia sendiri yang memanggul karung makanan
itu dan tidak mengizinkan seorang pegawainya yang menemaninya untuk
membantunya. Ia sendiri pula yang memasak makanan itu, kemudian menemani
keluarga itu makan, dan bahkan masih sempat pula menghibur sang anak
hingga tertidur sebelum ia pamit untuk pulang. Dan keluarga itu tak
pernah tahu bahwa yang datang mempersiapkan makanan buat mereka malam
itu adalah khalifah Umar bin Khatab.
Khalifah Umar wafat pada usia 63 tahun setelah memerintah selama
sepuluh tahun enam bulan. Ia wafat oleh tikaman pedang seorang
Zoroastrianis, budak fanatik milik Al-Mughirah bin Syu’bah dari Persia
bernama Abu Lu’lu’ah ketika sedang sholat Subuh. Ia dimakamkan di rumah
‘Aisyah dekat makam Abu Bakar. Ia dikenang oleh umat Islam sebagai
pahlawan yang sangat sederhana, sportif, dan menyayangi rakyat kecil.
0 komentar:
Post a Comment