DAJJAL DAN YA’JUJ WA-MA’JUJ
Sungguh menarik
perhatian adanya persamaan kejadian yang terjadi di dunia sekarang ini.
Di satu fihak, kita melihat adanya tekanan kekuasaan Eropa yang
dilancarkan dengan rancangan yang teratur terhadap dunia Islam, dan
usaha mereka yang keras untuk mengenyahkan Islam sama sekali, tetapi di
lain fihak, kita menemukan sejumlah besar hadits Nabi yang meramalkan
fitnah dan percobaan yang akan menimpa kaum Muslimin pada akhir zaman,
ramalan yang hampir semuanya terpenuhi, berupa peristiwa yang menimpa
dunia Islam sekarang ini. Lebih mengherankan lagi, karena ramalan itu
diucapkan pada waktu Islam sedang dalam keadaan menang, dan seluruh
dunia merasa gentar menghadapi pesatnya kemajuan Islam.
Bukan rahasia
lagi, bahwa kini sedang berlangsung pergolakan sengit antara Eropa dan
Islam, khususnya antara kekuatan materiil melawan kekuatan spirituil.
Kaum Kristen Eropa menganggap kekuatan Islam sebagai ancaman yang
berbahaya bagi peradaban materiilnya, dan dengan dalih palsu ini mereka
berusaha untuk manghancurkan Islam, agar mereka dapat “menyelamatkan”
dunia dari pengaruh politik Islam. Mereka terang-terangan menyebut agama
lain sebagai non-Kristen, tetapi terhadap agamar Islam mereka dangan
tegas menyebutkan sebagai anti-Kristen. Sekalipun kaum missionaris
Kristen aktif menyebarkan agama di segala penjuru dunia, tetapi tujuan
mereka yang paling utama ialah ummat Islam. Ini adalah fakta yang tak
boleh dipandang remeh oleh kaum Muslimin.
Akan tetapi
alangkah sedihnya bahwa kaum Muslimin sendiri terlibat dalam percekcokan
intern mengenai masalah-masalah kecil, sehingga mereka tak sempat
memikirkan persoalan yang lebih penting. Seandainya mereka menaruh
perhatian sedikit saja terhadap pergolakan sengit yang sekarang sedang
berlangsung antara kekuatan materiil dan kekuatan spirituil, niscaya
mereka akan melihat dengan terang, bahwa mengamuknya Dajjal dan
merajalelanya Ya’juj wa Ma’juj bukanlah dongengan kosong, melainkan
gambaran tentang serbuan kaum materialis Eropa dengan agama Nasraninya
pada zaman sekarang.
Bagi tiap-tiap
orang Islam wijib kiranya melupakan percekcokan di kalangan ummat Islam
sendiri mengenai masalah-masalah kecil yang kurang penting, karena
kemenangan dan hidup matinya Islam di dunia bergantung kepada hasil
perlombaan antara dua agama ini (Islam dan Nasrani), bukan karena
mengurusi perbedaan kecil yang tak akan mendatangkan keuntungan atau
kerugian bagi kaum Muslimin sendiri.
1. ARTI DAJJAL DAN YA’JUJ WA-MA’JUJ
Dajjal
disebutkan berulang-ulang dalam Hadits, sedangkan Ya’juj wa-Ma’juj bukan
saja disebutkan dalam Hadits, melainkan pula dalam Al-Qur’an. Dan
kemunculannya yang kedua kalinya ini dihubungkan dengan turunnya
Al-Masih.
Kata Dajjal
berasal dari kata dajala, artinya, menutupi (sesuatu). Kamus
Lisanul-’Arab mengemukakan beberapa pendapat mengapa disebut Dajjal.
Menurut suatu pendapat, ia disebut Dajjal karena ia adalah pembohong
yang menutupi kebenaran dengan kepalsuan. Pendapat lainnya mengatakan,
karena ia menutupi bumi dengan bilangannya yang besar. Pendapat ketiga
mengatakan, karena ia menutupi manusia dengan kekafiran. Keempat, karena
ia tersebar dan menutupi seluruh muka bumi.
Pendapat lain
mengatakan, bahwa Dajjal itu bangsa yang menyebarkan barang dagangannya
ke seluruh dunia, artinya, menutupi dunia dengan barang dagangannya. Ada
juga pendapat yang mengatakan, bahwa ia dijuluki Dajjal karena
mengatakan hal-hal yang bertentangan dengan hatinya, artinya, ia
menutupi maksud yang sebenarnya dengan kata-kata palsu.
Kata
Ya’juj dan Ma juj berasal dari kata ajja atau ajij dalam wazan Yaf’ul;
kata ajij artinya nyala api. Tetapi kata ajja berarti pula asra’a,
maknanya berjalan cepat. Itulah makna yang tertera dalam kamus
Lisanul-’Arab. Ya’juj wa-Ma’juj dapat pula diibaratkan sebagai api
menyala dan air bergelombang, karena hebatnya gerakan.
Bab 02. DAJJAL DAN YA’JUJ WA-MA’JUJ MENURUT AL-QUR’AN
Kata Dajjal tak
tertera dalam Al-Qur’an, tetapi dalam Hadits sahih diterangkan, bahwa
sepuluh ayat pertama dan sepuluh ayat terakhir dari surat al-Kahfi
melindungi orang dari fitnahnya Dajjal, jadi menurut Hadits ini,
Al-Quran memberi isyarat siapakah Dajjal itu. Mengenai hal ini
diterangkan dalam Kitab Hadits yang amat sahih sebagai berikut:
“Barang siapa hapal sepuluh ayat pertama Surat Al-Kahfi, ia akan selamat dari
(fitnahnya) Dajjal.”
“Barang siapa membaca sepuluh ayat terakhir dari surat Al-Kahfi, ia akan selamat dari (fitnahnya) Dajjal.”
Boleh jadi,
dalam menyebut sepuluh ayat pertama dan sepuluh ayat terakhir, itu yang
dituju ialah seluruh surat Al-Kahfi yang melukiskan ancaman Nasrani yang
beraspek dua, yang satu bersifat keagamaan, dan yang lain bersifat
keduniaan. Bacalah sepuluh ayat pertama dan sepuluh ayat terakhir surat
Al-Kahfi, anda akan melihat seterang-terangnya bahwa yang dibicarakan
dalam dua tempat itu adalah ummat Nasrani.
Mula-mula
diuraikan aspek keagamaan, yang dalam waktu itu Nabi Muhammad dikatakan
sebagai orang yang memberi peringatan umum kepada sekalian manusia (ayat
2), lalu dikatakan sebagai orang yang memberi peringatan khusus kepada
ummat Nasrani (ayat 4), yaitu ummat yang berkata bahwa Allah memungut
Anak laki-laki. Demikianlah bunyinya:
“Segala puji
kepunyaan Allah Yang menurunkan Kitab kepada hamba-Nya …, … agar ia
memberi peringatan tentang siksaan yang dahsyat dari Dia… dan ia
memperingatkan orang-orang yang berkata bahwa Allah memungut anak
laki-laki.” (18:1-4).
Terang sekali
bahwa yang dituju oleh ayat tersebut ialah ummat Nasrani, yang ajaran
pokok agamanya ialah Tuhan mempunyai Anak laki-laki. Dalam sepuluh ayat
terakhir surat Al-Kahfi diuraikan seterang-terangnya, bahwa ummat
Nasrani mencapai hasil gemilang di lapangan duniawi. Demikianlah
bunyinya :
“Apakah
orang-orang kafir mengira bahwa mereka dapat mengambil hamba-Ku sebagai
pelindung selain Aku?… Katakan Apakah Kami beritahukan kepada kamu
orang-orang yang paling rugi perbuatannya? (Yaitu) orang yang tersesat
jalannya dalam kehidupan dunia, dan mereka mengira bahwa mereka adalah
orang yang mempunyai keahlian dalam membuat barang-barang.” (18:
102-104).
Ini adalah
gambaran tentang bangsa-bangsa Barat yang diramalkan dengan kata-kata
yang jelas. Membuat barang adalah keahlian dan kebanggaan ummat Nasrani,
dan ciri-khas inilah yang dituju oleh ayat tersebut. Mereka
berlomba-lomba membuat barang-barang, dan mereka begitu sibuk datam
urusan ini, sehingga penglihatan mereka akan nilai-nilai kehidupan yang
tinggi, menjadi kabur sama sekali. Membuat barang-barang, sekali lagi
membuat barang-barang, adalah satu-satunya tujuan hidup mereka di dunia.
Jadi, sepuluh ayat pertama dan sepuluh ayat terakhir surat Al-Kahfi
menerangkan dengan jelas bahayanya ajaran Kristen tentang Putra Allah,
dan tentang kegiatan bangsa-bangsa Kristen di lapangan kebendaan, dan
inilah yang dimaksud dengan fitnahnya Dajjal.
Ya’juj wa-Ma’juj
diuraikan dua kali dalam Al-Quran. Yang pertama diuraikan dalam surat
al-Kahfi, sehubungan dengan uraian tentang gambaran Dajjal. Menjelang
berakhimya surat al-Kahfi, diuraikan tentang perjalanan Raja
Dhul-Qarnain* ke berbagai jurusan untuk memperkuat tapal-batas
kerajaannya.
Ternyata bahwa
menurut sejarah, raja ini ialah raja Persi yang bernama Darius I.
Diterangkan dalam surat tersebut, bahwa perjalanan beliau yang pertama,
berakhir di laut Hitam. “Sampai tatkala ia mencapai ujung yang paling
Barat, ia menjumpai matahari terbenam dalam sumber yang berlumpur
hitam.” (18:86). Ternyata bahwa yang dimaksud sumber yang berlumpur
hitam ialah Laut Hitam.
Selanjutnya
diuraikan dalam surat tersebut, kisah perjalanan beliau ke Timur “Sampai
tatkala ia mencapai tempat terbitnya matahari, ia menjumpai matahari
terbit di atas kaum yang tak Kami beri perlindungan dari (matahari) itu”
(18:90). Selanjutnya diuraikan tentang perjalanan beliau ke Utara.
“Sampai tatkala ia mencapai (suatu tempat) diantara dua bukit” (18:93).
Yang dimaksud
dua bukit ialah pegunungan Armenia dan Azarbaijan. Dalam perjalanan ke
Utara ini, raja Dhul-Qarnain berjumpa dengan suatu kaum yang berlainan
bahasanya, artinya, mereka tak mengerti bahasa Persi. Kaum ini
mengajukan permohonan kepada raja Dhul-Oarnain sbb: “Wahai Dhul-Qarnain!
Sesungguhnya Ya’juj wa-Ma’juj itu membuat kerusakan di bumi. Bolehkah
kami membayar upeti kepada engkau, dengan syarat sukalah engkau
membangun sebuah rintangan antara kami dan mereka” (18:94).
Selanjutnya
Al-Qur’an menerangkan, bahwa raja Dhul-Qarnain benar-benar membangun
sebuah tembok** dan sehubungan dengan itu, Al-Qur’an menyebut-nyebut
besi dan tembaga sebagai bahan untuk membangun pintu gerbang:
“Berilah aku
tumpukan besi, sampai tatkala (besi) itu memenuhi ruangan di antara dua
bukit, ia berkata: ‘Bawalah kemari cairan tembaga yang akan kutuangkan
di atasnya’ (18:96). Dalam ayat 97 diterangkan, bahwa tatkala tembok itu
selesai, mereka (Ya’juj wa-Ma’juj) tak dapat menaiki itu, dan tak dapat
pula melobangi itu. Dalam ayat 98, raja Dhul-Qarnain menerangkan, bahwa
bagaimanapun kuatnya, tembok ini hanya akan berfaedah sampai jangka
waktu tertentu, dan akhirnya tembok ini akan runtuh. Lalu kita akan
dihadapkan kepada peristiwa yang lain. “Dan pada hari itu, Kami akan
membiarkan sebagian mereka (Ya’juj wa-Ma’juj) bertempur melawan sebagian
yang lain” (18:99).
*[Kata
Dhul-Qarnain makna aslinya "mempunyai dua tanduk", tetapi dapat berarti
pula "orang yang memerintah dua generasi", atau, "orang yang memerintah
dua kerajaan. Makna terakhir ini diberikan oleh musafir besar Ibnu
Jarir. Dalam kitab perjanjian lama, Kitab Nabi
Daniel, terdapat uraian tentang impian nabi Daniel, dimana ia melihat
seekor domba bertanduk dua. Impian itu ditafsirkan dalam al-Kitab dengan
kata-kata sebagai berikut: "Adapun domba jantan, yang telah kau lihat
dengan tanduk dua pucuk, yaitu raja Media dan Persi, (Daniel 8:20).
Diantara raja Media dan Persi, yang paling cocok dengan gambaran
Al-Quran, ialah raja Darius I (521-485 sebelum Kristus).
Jewish
Encyclopaedia menerangkan sbb : "Darius adalah negarawan yang ulung.
Peperangan yang beliau lakukan hanyalah dimaksud untuk membulatkan
tapal-batas kerajaannya, yaitu di Armenia, Kaukasus, India, sepanjang
gurun Turania dan dataran tinggi Asia Tengah". Pendapat ini dikuatkan
oleh Encyclopaedia Britannica sbb: "Tulisan yang diukir dalam batu
menerangkan bahwa raja Darius adalah pemeluk agama Zaratustra yang
setia. Tetapi beliau juga seorang negarawan yang besar. Pertempuran yang
beliau lakukan, hanyalah untuk memperoleh tapal-batas alam yang kuat
bagi kerajaannya, demikian pula untuk menaklukkan suku bangsa biadab di
daerah perbatasan. Jadi, raja Darius menaklukkan bangsa biadabdi
pegunungan Pontic dan Atmenia,dan meluaskan kerajaan Persia sampai
Kaukasus"].
**[Rintangan
atau tembok yang diuraikan disini ialah tembok yang termasyur di Derbent
(atau Darband) yang terletak di pantai Laut Kaspi. Dalam kitab
Marasidil - Ittila', kitab ilmu-bumi yang termasyur, terdapat uraian
tentang hal itu. Demikian pula dalam kitabnya lbnu at-Faqih.
Encyclopaedia Biblica menjelaskan tembok itu sbb :.Derbent atau Darband
adalah sebuah kota kerajaan Persi di Kaukasus, termasuk propinsi
Daghistan, di pantai Barat laut Kaspi… Di ujung sebelah
Selatan, terletak Tembok Kaukasus yang menjulang ke laut, yang
panjangnnya 50 mil, yang disebut Tembok Alexander…Tembok ini seluruhnya
mempunyai ketinggian 29 kaki, dan tebal ± 10 kaki; dan dengan pintu
gerbangnya yang dibuat dari besi, dan berpuluh-puluh menara-pengintai,
merupakan pertahanan tapal-batas kerajaan Persi yang kuat].
3. DAJJAL ADALAH IDENTIK (SAMA) DENGAN YA’JUJ WA-MA’JUJ
Segera setelah
Al-Qur’an menerangkan pertempuran satu sama lain antara Ya’juj
wa-Ma’juj, ayat 102 menerangkan persoalan Dajjal. “Apakah orang-orang
kafir mengira bahwa mereka dapat mengambil hamba-hamba-Ku sebagai
pelindung di luar Aku?” (18:102). Ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an
mempersamakan Dajjal dengan Ya’juj wa-Ma’juj. Mereka diberi nama yang
berlainan karena mempunyai dua fungsi yang berlainan.
Adapun mengenai
identitas Ya’juj wa-Ma’juj para mufassir tak sama pendapatnya. Ibnu
Katsir berkata, bahwa Ya’juj wa-Ma’juj adalah keturunan Adam, dan
pendapat ini dikuatkan oleh Hadits Bukhari dan Muslim. Menurut kitab
Ruhul-Ma’ani, Ya’juj waMa’juj adalah dua kabilah keturunan Yafits bin
Nuh, yang bangsa Turki adalah sebagian dari mereka; mereka disebut
Turki, karena mereka turiku (ditinggalkan) di sebelah sananya tembok.
Selain itu, menurut uraian Al-Qur’an, terang sekali bahwa mereka adalah
sebangsa manusia, yang untuk menghalang-halangi serbuan mereka, terpaksa
dibangun sebuah tembok.
Adapun yang
kedua, Ya’juj wa-Ma’juj diuraikan dalam Al-Qur’an sbb : “Sampai tatkala
Ya’juj wa-Ma’juj dilepas, mereka akan mengalir dari tiap-tiap tempat
tinggi” (20:96). Ternyata bahwa yang dimaksud dengan kalimat “mengalir
dari tiap-tiap tempat yang tinggi” ialah bahwa mereka akan menguasai
seluruh dunia. Menilik cara Al-Qur’an menerangkan Ya’juj wa-Ma’juj dalam
dua tempat tersebut, terang sekali bahwa akan tiba saatnya Ya’juj
wa-Ma’juj mengalahkan sekalian bangsa di dunia. Dan terang pula bahwa
pada waktu Al-Qur’an diturunkan, Ya’juj wa-Ma’juj sudah ada, tetapi
gerak-gerik mereka masih tetap terkekang sampai saat tertentu, yang
sesudah itu, mereka akan terlepas untuk
menguasai seluruh dunia.
4. MENGAPA AL-QUR’AN TAK MENYEBUT-NYEBUT DAJJAL
Mungkin orang
akan bertanya, jika sekiranya Dajjal dan Ya’juj wa-Ma’juj adalah dua
sebutan yang berlainan untuk menamakan satu bangsa, mengapa Al-Qur’an
anya menyebutkan nama Ya’juj wa-Ma’juj saja, dan tak sekali-kali
menyebutkan nama Dajjal? Sebabnya ialah bahwa kata Dajjal, sebagaimana
kami terangkan di atas, artinya “pembohong” atau “penipu”, dan tak
seorangpun suka disebut pembohong atau penipu, walaupun ia benar-benar
seorang pembohong atau penipu yang ulung.
Sebaliknya, oleh
karena Ya’juj wa-Ma’juj itu nama suatu bangsa, maka tak seorangpun akan
merasa keberatan memakai nama itu. Bahkan sebenarnya, bangsa Inggris
sendiri telah memasang patung Ya’juj wa-Ma’juj di depan Guildhall di
London. Inilah sebabnya mengapa Al-Qur’an hanya menggunakan nama Ya’juj
wa-Ma’juj, dan tak menggunakan nama Dajjal yang artinya pembohong.
Sebaliknya, kitab-kitab Hadits menggunakan kata Dajjal, karena nama
Dajjal atau Anti Christ, dan ramalan-ramalan yang berhubungan dengan
ini, disebutkan dalam Kitab Suci yang sudah-sudah. Oleh karena itu,
perlu sekali dijelaskan bagaimana terpenuhinya ramalan-ramalan itu.
Selain itu, kata
Dajjal hanya menunjukkan satu aspek persoalan, yakni, kebohongan dan
penipuan yang dilakukan oleh bangsa itu, baik mengenai urusan agama,
maupun mengenai urusan duniawi. Akan tetapi terlepas dari sifat-sifatnya
yang buruk, ada pula segi kebaikannya.
Dipandang dari
segi duniawi, kesejahteraan materiil mereka harus dipandang sebagai segi
kebaikan mereka. Itulah sebabnya mengapa dalam Hadits digambarkan,
bahwa mata Dajjal yang hanya satu, yaitu mata duniawi; gemerlap bagaikan
bintang. Al-Our’an juga menerangkan keahlian mereka dalam membuat
barang-barang. Jadi julukan Dajjal hanyalah sebagian dari gambaran
bangsa itu.
Dalam Al-Qur’an,
bangsa-bangsa Kristen disebut “para penghuni Gua dan inskripsi” (18:9).
Gambaran ini menggambarkan dua aspek sejarah agama Kristen. “Para
penghuni Gua” merupakan gambaran yang tepat bagi kaum Kristen dalam
permulaan sejarah mereka karena pada waktu itu ciri khas mereka yang
paling menonjol ialah hidup dalam biara. Mereka meninggalkan sama sekali
urusan duniawi untuk mengabdikan sepenuhnya dalam urusan agama. Dengan
perkataan lain, mereka membuang dunia guna kepentingan agama.
Akan tetapi pada
zaman akhir, mereka digambarkan sebagai “Bangsa Inskripsi (ar-raqimi)”.
Kata raqmun artinya barang yang ditulis. Kata ini khusus digunakan bagi
harga yang ditulis pada barang-barang dagangan, seperti pakaian dan
sebagainya. Gambaran ini mengandung arti penyerapan mereka yang amat
dalam, dalam urusan duniawi, fakta ini diuraikan dalam Al-Qur’an sbb:
“Orang-orang yang usahanya menderita rugi dalam kehidupan dunia ini”
(18:104).
Jadi, bangsa
Kristen yang pada permulaan sejarah mereka membuang dunia untuk
kepentingan agama, tetapi pada zaman akhir, mereka membuang agama untuk
kepentingan dunia; oleh sebab itu, mereka dikatakan dalam Al-Qur’an
sebagai “salah satu pertanda Kami yang mengagumkan” (18:9). Sabda
Al-Qur’an tersebut di atas adalah gambaran yang tepat tentang
kecondongan mereka kepada kebendaan. Oleh karena dalam urusan duniawi,
mereka lebih maju dari bangsa-bangsa lain, maka bangsa lain itu
mengikuti mereka secara membuta-tuli, karena terpikat oleh
keuntungan-keuntungan duniawi yang dijamin oleh mereka.
Jadi,
bangsa-bangsa Kristen menyesatkan bangsa-bangsa lain di dunia, bukan
saja dengan pengertian yang salah tentang Putra Allah dan Penebusan
dosa, melainkan pula dengan cita-cita mengejar-ngejar kebendaan secara
membuta-tuli, dengan mengabaikan sama sekali nilai-nilai hidup yang
lebih tinggi. Oleh karena itu, dalam Hadits, mereka diberi nama Dajjal,
atau penipu ulung.
5. YA’JUJ WA-MA’JUJ MENURUT KITAB BIBLE
Dalam kitab Bible, Ya’juj wa-Ma’juj diuraikan
dengan kata-kata yang amat jelas, sehingga tak diragukan lagi siapa
Ya’juj dan Ma’juj itu.
Dalam Kitab Yehezkiel 38:1-4, diterangkan sbb:
“Dan lagi datanglah firman Tuhan kepadaku,
bunyinya: Hai anak Adam! Tujukkanlah mukamu kepada Juj dan tanah majuj,
raja Rus, Masekh dan Tubal, dan bernubuatlah akan halnya. Katakanlah:
Demikianlah firman Tuhan Hua. Bahwasanya Aku membalas kepadamu kelak,
hai Juj, raja Rus, masekh dan Tubal. Dan kubawa akan dikau berkeliling
dan kububuh kait pada rahangmu … “
Di sini Juj
diuraikan seterang-terangnya, dan Juj di sini adalah sama dengan Ya’juj
dalam Al-Qur’an. Dia dikatakan sebagai raja Rusia, Moscow dan Tubal.
Adapun Majuj (Ma’juj), hanya dikatakan “tanah Ma’juj”.
Tiga nama yang
disebutkan dalam kitab Bible ialah: Rus atau Rusia, Masekh atau Moscow,
dan Tubal atau Tobolsk. Rusia adalah nama negara, sedangkan Omask dan
Tubal adalah nama dua sungai di sebelah Utara pegunungan Kaukasus. Pada
sungai Omask terletak kota Moscow, dan pada sungai Tubal terletak kota
Tobolsk; dua-duanya merupakan kota Rusia yang termasyur. Mengingat
terangnya gambaran ini, maka tak diragukan lagi siapa Ya’juj itu.
Jadi terang
sekali bahwa Juj ialah Russia, tempat kediaman bangsa Slavia. Adapun
Ma’juj adalah negara itu juga. Jadi di satu fihak, Juj dikatakan sebagai
raja Rusia, di lain fihak, ia digambarkan mendiami tanah Majuj. Rusia
terletak di Eropa. Penduduk Eropa terdiri dari dua pokok suku-bangsa,
yaitu Slavia dan Teutonia. Bangsa Teutonia meliputi bangsa Britis dan
bangsa Jerman. Ini menunjukkan seterang-terangnya bahwa Juj adalah nama
bangsa-bangsa Eropa Timur (Slavia), sedangkan Majuj adalah nama
bangsa-bangsa Eropa Barat, yaitu bangsa Teutonia.
Dan terang pula
bahwa dua bangsa ini mula-mula sekali mendiami tanah yang sama. Boleh
jadi, Juj dan Majuj adalah nama atau julukan nenek-moyang dua bangsa
ini. Hal ini dibuktikan adanya kenyataan bahwa patung Ya’juj dan ma’juj
itu sejak zaman dahulu sudah berdiri di depan Guildhall di London yang
termasyur. Jika dua nama itu tak ada hubungannya dengan nenek-moyang
bangsa-bangsa ini, mengapa patung mereka itu dipasang di depan gedung
Dewan Perwakilan Rakyat ?
Berdasarkan
keterangan tersebut dalam kitab Bible ditambah dengan bukti sejarah yang
dilengkapi dengan dua patung di London, sudah dapat dipastikan bahwa
Ya’juj wa-Ma’juj bukanlah nama khayalan, melainkan nama dua suku bangsa
yang mendiami Benua Eropa, dan yang seluruhnya menutupi dataran Eropa.
Menilik tanda-tanda yang terang tentang identitas bangsa-bangsa itu,
maka apa yang diuraikan dalam Al-Qur’an bahwa Ya’juj wa-Ma’juj akan
mengalir dari tiap-tiap tempat tinggi, ini tak dapat diartikan lain
selain bahwa bangsa-bangsa Eropa akan menguasai seluruh muka bumi.
Bahkan kalimat
“kulli hadabin” yang artinya tiap-tiap tempat tinggi ini menunjukkan,
bahwa mereka bukan saja unggul dalam bidang fisik, melainkan pula dalam
bidang intelektuil, sehingga bangsa-bangsa lain di dunia bukan saja
diperbudak jasmaninya, melainkan pula rohaninya. Jadi, Al-Qur’an memberi
gambaran yang nyata kepada kita tentang merajalelanya kekuasaan politik
dan kebudayaan Eropa di seluruh dunia, dan runtuhnya ummat Islam pada
akhir zaman; kenyataan ini memang aneh, tetapi ini membuktikan
seterang-terangnya akan kebenaran Islam.
6. DAJJAL MENURUT Al-HADITS
Ada beberapa
masalah penting yang harus diingat sehubungan dengan gambaran Dajjal
yang termuat dalam Al-Hadits. Yang pertama ialah bahwa ramalan Nabi
Muhammad SAW tentang munculnya Dajjal itu didasarkan atas kasyaf
(visiun). Sebuah Hadits sahih dari Nawas bin Sam’an mengenai Dajjal,
yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidhi, terdapat kata-kata sbb:
“Seakan-akan ia
(Dajjal) mirip dengan “Abdul-’Uzza”. Kata seakan-akan ini terang sekali
menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW menggambarkan keadaan yang beliau
lihat dalam visiun (kasyaf); hal ini memberi keyakinan kepada kita bahwa
ramalan beliau mengenai Dajjal itu berasal dari kasyaf atau ru’yah.
Tetapi pada waktu menceritakan ramalan-ramalan itu, biasanya tak
diterangkan bahwa kenyataan itu dilihat dalam kasyaf atau ru’yah.
Apa-apa yang
dilihat dalam ru’yah (kasyaf) itu biasanya harus ditafsirkan. Al-Qur’an
sendiri menceritakan beberapa impian, yang artinya berlainan sekali
dengan arti kalimatnya. Misalnya, dalam mimpi Nabi Yusuf melihat
matahari, bulan dan sebelas bintang bersujud kepada beliau. Tetapi arti
impian ini yang sesungguhnya ialah bahwa Allah akan menaikkan derajat
dan kedudukan beliau.
Selanjutnya
dalam mimpi Raja melihat tujuh ekor sapi kurus menelan tujuh ekor sapi
gemuk. Adapun artinya ialah simpanan gandum selama tujuh tahun musim
baik akan habis dimakan dalam tujuh tahun musim kering.
Dalam Hadits
juga diriwayatkan impian Nabi Muhammad yang artinya berlainan sekali
dengan kejadian yang dilihat dalam mimpi. Misalnya, dua gelang yang
beliau lihat dalam mimpi, artinya, dua nabi palsu; tangan panjang
artinya dermawan. Selain itu, pada umumnya orang mengakui bahwa
ramalan-ramalan itu dibungkus dengan kalam ibarat.
Oleh karena itu,
apa yang nomor satu harus diingat sehubungan dengan ramalan-ramalan
tentang Dajjal, ialah bahwa ramalan itu penuh dengan kalam ibarat.
Selanjutnya, karena ramalan itu tak berhubungan dengan Hukum Syari’at,
maka akan mengalami dua macam kesukaran.
Pertama,
orang-orang yang menceritakan ramalan itu kurang begitu hati-hati
terhadap penyimpanan sabda yang diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW
mengenai masalah ini, seperti hati-hati mereka terhadap penyimpanan
sabda beliau mengenai Hukum Syari’at.
Kedua, oleh
karena tak ada alat untuk mengetahui arti yang sebenarnya dari ramalan
itu, sebelum ini menjadi kenyataan, maka tak jarang terjadi bahwa ucapan
Nabi Muhammad SAW itu keliru ditangkapnya, sehingga kesan yang keliru
ini mengakibatkan adanya penambahan dan perubahan dalam Hadits itu.
7. MENURUT AL-QUR’AN DAN AL-HADITS, KEMENANGAN GEREJA ITU SAMA DENGAN FITNAHNYA DAJJAL
Sebagaimana kami
terangkan di muka, Al-Qur’an tak menyebutkan nama Dajjal secara khusus.
Tetapi dalam Hadits sahih diterangkan bahwa barang siapa membaca surat
al-Kahfi, ia akan diselamatkan dari fitnahnya Dajjal, padahal surat ini
khusus membahas agama Nasrani dan ajarannya yang palsu. Terutama sekali
sepuluh ayat pertama dan sepuluh ayat terakhir dari surat ini, khusus
dibahas kepercayaan dan kegiatan bangsa-bangsa Kristen. Ini menunjukkan
seterang-terangnya bahwa rnenurut Al-Qur’an, f’itnahnya Dajjal itu hanya
sebutan lain saja bagi kemenangan agama Nasrani. Dengan perkataan lain,
apa yang digambarkan dalam Hadits sebagai fitnahnya Dajjal itu tiada
lain hanyalah kemenangan agama Nasrani.
Dengan suara
bulat semua kitab Hadits mengumumkan bahwa fitnahnya Dajjal adalah
fitnah yang paling besar, sampai-sampai kaum Muslimin diajarkan agar
pada tiap-tiap shalat berdo’a kepada Allah untuk diselamatkan dari
fitnahnya Dajjal: “Ya Allah, aku mohon perlindungan Dikau dari fitnahnya
Masih ad-Dajjal”. Selanjutnya diterangkan pula dalam Hadits bahwa
setiap Nabi memperingatkan ummatnya terhadap fitnahnya Dajjal. Dalam
Hadits dinyatakan seterang-terangnya sbb:
“Tak ada fitnah yang lebih besar daripada fitnahnya Dajjal, sejak terciptanya Adam hingga Hari Kiamat”.
Semua kitab
Hadits sama pendapatnya tentang hal ini, dan peringatan ini diulang
berkali-kali dalam berbagai bentuk kalimat. Oleh karena itu timbullah
pertanyaan, mengapa Al-Qur’an tak membicarakan peristiwa yang
digambarkan dengan tegas oleh Nabi Muhammad SAW sebagai fitnah yang
paling besar?
Sebelum kami
menjawab pertanyaan ini, baiklah kami periksa labih dahulu sifat dua
macam fitnah yang kaum Muslimin diperingatkan akan terjadi pada akhir
zaman. Pertama tentang fitnahnya Ya’juj wa-Ma’juj, ini diuraikan
seterang-terangnya, baik dalam Al-Qur’an maupun dalam Hadits; akan
tetapi Al-Qur-an tak menerangkan tentang Dajjal, melainkan sebagai
penggantinya, Al-Qur’an hanya menerangkan fitnah besar berupa ajaran
Kristen tentang Ketuhanan nabi ‘Isa. Dengan kata-kata yang tegas,
Al-Qur’an mencela ajaran ini sebagai fitnah yang paling besar bagi
manusia:
“Langit
hampir-hampir pecah dan bumi membelah dan gunung-gunung runtuh
berkeping-keping, karena mereka mengakukan seorang putra kepada Tuhan
Yang Maha-pemurah” (19:90-91)
Selanjutnya
Al-Qur’an menerangkan, bahwa ajaran semacam itu tak pernah diajarkan
oleh nabi ‘Isa. bahkan sebenarnya, ajaran itu bertentangan dengan apa
yang diajarkan oleh nabi ‘Isa.
“Tatkala Allah
berfirman: Wahai ‘Isa anak Maryam, apakah engkau berkata kepada manusia
ambillah aku dan ibuku sebagai Tuhan selain Allah ? la (‘Isa) berkata:
Maha suci Engkau, tak pantas bagiku mengatakan sesuatu yang aku tak
berhak mengatakan itu… Aku tak berkata kepada mereka selain apa yang
Engkau perintahkan kepadaku, yakni mengabdilah kepada Allah, Tuhanku dan
Tuhan kamu” (5:116-117).
Jadi menurut
Al-Qur’an, ajaran tentang Ketuhanan nabi ‘Isa tak diajarkan oleh beliau,
melainkan diajarkan oleh Anti-christ atau Dajjal. Walaupun Al-Qur’an
tak menyebut-nyebut nama Dajjal, namun Al-Qur’an membicarakan ajaran
Dajjal yang sesat berupa ajaran Kristen tentang Putra Allah.
Jika kami
memperhatikan Hadits yang bersangkutan, inipun membenarkan apa yang
tersebut di atas. Dalam hubungan ini, hal yang mula-pertama menarik
perhatian kami ialah, bahwa Hadits yang menerangkan turunnya al-Masih,
hampir semuanya memikulkan satu tugas kepada beliau, yakni “mematahkan
kayu palang” (yaksirus-saliba).
Jarang sekali
Hadits yang menerangkan, bahwa beliau ditugaskan untuk membunuh Dajjal.
Hal ini memang aneh jika diingat bahwa menurut Hadits, fitnahnya Dajjal
itu fitnah yang paling besar di dunia. Fitnah ini hanya akan
disingkirkan oleh tangan Masih-Mau’ud. Akan tetapi pada waktu
membicaraka turunnya al-Masih, Hadits hanya menerangkan bahwa tugas
beliau yang paling besar ialah mematahkan kayu palang; ini menunjukkan
seterang-terangnya bahwa mematahkan kayu palang adalah sama artinya
dengan membunuh Dajjal.
Sungguh
mengesankan sekali bahwa manakala Hadits menerangkan fitnah zaman akhir,
maka fitnah yang paling besar adalah fitnahnya Dajjal; tetapi manakala
Hadits menerangkan obat yang dapat memberantas fitnah itu, maka hanya
disebut patahnya kayu palang. Mengingat bahwa tugas utama Masih-Mau’ud
ialah mematahkan kayu palang, maka teranglah bahwa fitnahnya Dajjal dan
merajalelanya agama Kristen adalah, dua sebutan belaka bagi satu idee
yang sama.
8. MENGAPA DAJJAL DISEBUT AL-MASIH
Sebenarnya jika
orang mau berpikir sejenak saja, pasti akan menemukan kebenaran, mengapa
Dajjal disebut Masihid-Dajjal. Mengapa Dajjal disebut al-Masih? Karena
Dajjal selalu menunaikan tugasnya atas nama “al-Masih”, yang julukan ini
diberikan oleh Allah kepada nabi ‘Isa berdasarkan wahyu-Nya.
Diberikannya julukan al-Masih kepada Dajjal menunjukkan, bahwa Dajjal
akan menunaikan pekerjaan atas nama orang suci ini, dan inilah
sebenarnya yang menyebabkan dia disebut Dajjal atau penipu, karena ia
menggunakan nama “al-Masih”, seorang Nabi dan hamba Allah yang tulus,
tetapi ia berbuat sesuatu yang bertentangan sama sekali dengan ajaran
beliau.
Al-Masih ‘Isa
mengajarkan bahwa Allah itu Esa, dan tak ada Tuhan selain Dia yang wajib
disembah; tetapi Dajjal mengangkat nabi ‘Isa itu sendiri sebagai Tuhan.
Selanjutnya, al-Masih ‘Isa mengajarkan bahwa semua Nabi adalah hamba
Allah yang tulus, tetapi Dajjal mengutuk semua Nabi yang suci sebagai
orang berdosa. Mengapa demikian ? Karena jika para Nabi Utusan Allah ini
tak dikutuk sebagai orang berdosa, maka tak perlu timbul Putra Allah
yang tak berdosa, untuk menebusi dosa sekalian manusia.
Selanjutnya,
al-Masih ‘Isa mengajarkan bahwa setiap orang akan mendapat ganjaran atau
hukuman sesuai perbuatan yang ia lakukan, tetapi Dajjal yang berkedok
al-Masih mengajarkan bahwa Putra Allah sudah cukup menebusi dosa ummat
Kristen. Al-Masih ‘Isa mengajarkan bahwa orang kaya tak dapat masuk
dalam kerajaan Surga, tetapi Dajjal yang mengaku-ngaku al-Masih
mengajarkan supaya manusia menumpuk-numpuk kekayaan. Singkatnya,
kitab-kitab Hadits menggunakan julukan “Al-Masihid Dajjal” hanyalah
untuk menjelaskan, bahwa Dajjal adalah nama lain belaka bagi agama
Kristen sekarang ini. Nama Al-Masih dan agama al-Masih hanyalah
digunakan sebagai kedok untuk menutupi penipuan (dajala) yang ada di
belakang itu.
9. HADITS TENTANG DAJJAL
Hadits tentang
Dajjal adalah banyak sekali, dan diriwayatkan oleh sejumlah besar
Sahabat Nabi, sehingga tak perlu dipersoalkan lagi tentang
mutawatir-nya; walaupun masih perlu dipersoalkan tentang terpenuhinya
ramalan itu secara terperinci. Hadits-hadits itu termuat dalam
kitab-kitab Hadits yang amat sahih, bahkan yang termuat dalam kitab
Bukhari dan Muslim tak sedikit jumlahnya.
Hadits tentang
Dajjal yang termuat dalam Musnad Imam Ahmad bin Hambal berjumlah
seratus, dan di antara yang meriwayatkan Hadits; terdapat sahabat
kenamaan, seperti sayyidina Abubakar, ‘Ali, Siti ‘Aisyah, Sa’d bin Abi
Waqqas; Abdullah bin Abbas, Abdullah bin ‘Umar, Abdullah bin ‘Amr, Abu
Hurairah, Abu Said Khudri, Anas bin Malik, Jabir, Hisyam bin Amir,
Samrah bin Jundab, Ubayya bin Ka’b, Safinah, Imran bin Husain, Nawas bin
Sam’an, Ummu Syarik, Fatimah binti Qais, Ubadah bin Samit, Abu Ubaidah
bin Al-Jarrah, Asma’ binti Yazid, dan Mughirah bin Syu’bah.
Masih banyak
Sahabat lagi yang meriwayatkan Hadits tentang Dajjal. Para Sahabat ini
semua sependapat bahwa Nabi Muhammad SAW berulang-ulang menceritakan
Dajjal, hingga tak perlu diragukan lagi tentang adanya kenyataan bahwa
sumber yang mengalirkan ramalan itu adalah Nabi Muhammad SAW sendiri.
10. APAKAH DAJJAL ITU ORANG ATAUKAH BANGSA ?
Memang benar
bahwa kebanyakan Hadits menggambarkan seakan-akan Dajjal itu orang yang
bermata satu, yang di dahinya terdapat tulisan Arab yang terdiri dari
huruf kaf, fa’ dan ra’ (atau kafara, artinya kafir), dan
yang membawa keledai, sungai dan api. Tetapi jika Hadits-hadits itu
kita cocokkan dengan uraian Al-Qur’an, maka akan nampak dengan jelas,
bahwa Dajjal bukanlah nama orang, melainkan suatu bangsa, atau lebih
tepat lagi, segolongan bangsa.
Dengan tegas
Al-Qur’an mempersamakan Dajjal dengan bangsa-bangsa Kristen, dan lagi,
Al-Qur’an menyatakan bahwa Dajjal dan Ya’juj wa-Ma’juj bukanlah dua
jenis makhluk yang berlainan, karena fitnah yang ditimbulkan oleh mereka
itu disebutkan bersama-sama.
Kami juga
mempunyai bukti dari kitab Bible yang menerangkan, bahwa Ya’juj
wa-Ma’juj adalah bangsa-bangsa Eropa. Dengan demikian teranglah bahwa
Dajjal juga berarti bangsa. Sebagaimana telah kami terangkan di muka,
fitnah Dajjal itu bersumber pada menangnya agama Kristen.
Ada sebuah
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang membuktikan bahwa Dajjal
itu bukan orang melainkan bangsa, sebagaimana Roma dan Persi yang
diuraikan dalam Hadits itu bukanlah tempat melainkan bangsa. Hadits itu
berbunyi sbb:
“Rasulullah SAW
bersabda: Kamu akan bertempur dengan Jazirah Arab, dan Allah akan
memberi kemenangan kepada kamu, lalu kamu akan bertempur dengan Persi,
dan Allah akan memberi kemenangan kepada kamu; lalu kamu akan bertampur
dengan Roma, dan Allah akan memberi kemenangan kepada kamu; lalu kamu
akan bertempur dengan Dajjal, dan Allah akan memberi kemenangan kepada
kamu”.
Di sini
pertempuran dengan Dajjal diuraikan dengan kalimat yang sama seperti
pertempuran dengan Arab, Persi dan Roma. Ini menunjukkan bahwa Dajjal
adalah bangsa, seperti halnya Arab, Persi dan Roma. Boleh jadi yang
diisyaratkan di sini ialah Perang Salib, tetapi mungkin pula
mengisyaratkan peristiwa yang terjadi di dunia pada zaman sekarang.
Namun satu hal sudah pasti, yakni bahwa menurut Hadits ini, Dajjal
berarti bangsa atau segolongan bangsa; seperti halnya Persi atau Roma.
Tetapi masih
saja harus dijelaskan, mengapa dalam Hadits dijelaskan seakan-akan
Dajjal itu orang. Sebagaimana telah kami terangkan, semua ramalan Nabi
Suci itu didasarkan pada ru’yah atau kasyaf (visiun), dan dalam ru’yah
atau kasyaf, suatu bangsa hanya digambarkan sebagai orang-seorang.
Sebenarnya, bangsa itu dikenal dari ciri-cirinya; dan dalam ru’yah,
ciri-ciri ini hanya dapat diperlihatkan dalam bentuk orang-seorang.
Bahkan dalam bahasa sehari-hari, bangsa itu diajak bicara bagaikan
orang. Misalnya, Al-Qur’an mengajak bicara bangsa Israil, seakan-akan
bangsa Israil itu orang. Bacalah misalnya, ayat Al-Qur’an berikut ini:
“Wahai kaum Bani
Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang Aku berikan kepada kamu, dan bahwa
Aku memuliakan kamu di atas sekalian bangsa” (2:47).
Kaum Bani Israil
yang diperingatkan di sini ialah mereka yang hidup pada zaman Nabi
Muhammad SAW, tetapi peristiwa yang dimaksud ialah yang terjadi pada
zaman nabi Musa, atau beberapa abad sesudah beliau. Kenikmatan yang
teruraikan dalam ayat ini telah diberikan, kepada kaum Bani Israil
zaman dahulu, tetapi ayat Al-Qur’an ini ditujukan kepada kaum Bani
Israil zaman sekarang yang sedang dalam keadaan hina dan suram. Tetapi
seluruh kaum Bani Israil ini dikatakan bagaikan satu orang.
Demikianlah
seluruh bangsa Dajjal diperlihatkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam
ru’yah bagaikan satu orang, padahal Dajjal seperti yang digambarkan oleh
Al-Qur’an menunjukkan bahwa Dajjal adalah segolongan bangsa yang
ciri-ciri khasnya sudah dikenal.
11. GAMBARAN DAJJAL MENURUT AL-HADITS
Segala macam
keistimewaan yang kami lihat pada peradaban Barat sekarang ini, semuanya
cocok dengan ciri-ciri Dajjal yang dilihat oleh Nabi Muhammad SAW dalam
ru’yah. Memang benar bahwa bangsa-bangsa ini mempunyai sedikit
perbedaan satu sama lain, tetapi ada satu hal yang semuanya sama. Dan
ciri yang sama inilah yang digambarkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam
memberi gambaran tentang Dajjal.
Kami hanya akan
mengutip Hadits-hadits yang menguraikan ciri-ciri Dajjal. Marilah kita
mulai dengan Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari :
1. “Dan aku
melihat orang yang berambut ikal pendek, yang mata-kanannya buta Aku
bertanya: Siapakah ini? Lalu dijawab, bahwa ia adalah Masihid – Dajjal”
(Bukhari 77:68,92)
2. “Awas! dia pecak (buta sebelah)… dan diantara dua matanya, tertulis ‘Kafir’…” (Bukhari 93:27).
Dari gambaran tersebut dapatlah kami catat:
1. Bahwa mengenai bentuknya, Dajjal digambarkan berbadan kekar.
2. Bahwa roman-mukanya putih dan mengkilat.
3. Bahwa rambut kepalanya pendek dan ikal.
Tiga gambaran
ini cocok sekali derigan bentuk orang-orang Eropa pada umumnya. Mereka
itu pada umumnya berbadan kekar; bertubuh baik dan kuat; rambutnya
pendek dan ikal, sampai-sampai wanitanya pun memotong pendek rambutnya;
kulit mereka putih dan mengkilat. Jadi, gambaran tentang ciri-ciri
Dajjal tersebut, cocok sekali dengan perwujudan orang-orang Eropa.
Adapun dua ciri
lainnya, yakni, bahwa mata kanan Dajjal buta, dan pada dahinya tertulis
kaf, fa’dan ra’ atau kaflr, ini menggambarkan keadaan rohani Dajjal yang
sebenarnya. Sebagaimana telah kami terangkan, Dajjal menggambarkan
suatu bangsa. Sebagai bangsa, tak mungkin semuanya buta mata jasmaninya.
Selain itu,
Dajjal yang digambarkan buta mata kanannya, mata-kiri Dajjal digambarkan
bersinar gemerlapan bagaikan bintang. Dengan perkataan lain, mata-kanan
Dajjal digambarkan hilang cahayanya, tetapi mata-kirinya bersinar
terang. Penjelasan yang diberikan oleh Imam Raghib tentang mata Dajjal
yang buta sebelah kanannya, sungguh ilmiyah sekali. Pada waktu
menjelaskan arti kata al-Masih, beliau menerangkan bahwa kata masaha
berarti menghapus sesuatu, lalu beliau menambahkan keterangan sbb:
“Diriwayatkan
bahwa mata-kanan Dajjal hilang penglihatannya, sedangkan nabi ‘Isa
mata-kiri beliaulah yang hilang penglihatannya; dan ini berarti bahwa
Dajjal tak mempuyai sifat-sifat akhlak tinggi, seperti misalnya
kearifan, kebijaksanaan dan rendah hati; sedangkan nabi ‘Isa tak
mempunyai kejahilan, keserakahan, kerakusan dan sebagainya yang termasuk
jenis akhlak yang rendah”.
Jadi, gambaran
Dajjal buta mata-kanannya janganlah ditafsirkan secara harfiyah,
melainkan secara kalam ibarat, yakni harus diartikan bahwa Dajjal tak
mempunyai akhlak yang baik.
Bahwa dua mata
manusia itu, yang satu digunakan untuk melihat hal-hal yang berhubungan
dengan kerohanian dan agama, dan yang satu lagi digunakan untuk melihat
hal-hal yang berhubungan dengan kebendaan dan keduniaan. Oleh karena
hal-hal yang berhubungan dengan agama dan kerohanian itu lebih tinggi
kedudukannya daripada hal-hal yang berhubungan dengan kebendaan dan
keduniaan, maka buta mata kanan Dajjal berarti bahwa Dajjal sedikit
sekali perhatiannya terhadap hal-hal yang berhubungan dengan agama atau
kerohanian, dan ini cocok sekali dengan apa yang dialami oleh
bangsa-bargsa Eropa sekarang ini.
Seluruh
parhatian mereka ditujukan kepada hal-hal yang berhubungan dangan
kebendaan dan keduniaan dan kemajuan mereka dalam bidang ini tak ada
bandingannya. Inilah yang dimaksud dengan apa yang diuraikan dalam
Hadits, bahwa mata-kiri Dajjal bersinar gemerlapan bagaikan bintang.
Artinya, Dajjal mampu melihat segala macam barang-barang duniawi, yang
bangsa-bangsa lain tak mempunyai pengertian tentang itu. Tetapi mata
rohani Dajjal tak mempunyai penglihatan yang tajam, karena semua
kekuatan Dajjal dihabiskan guna kepentingan urusan duniawi. Sukses
Dajjal yang tak ada taranya dalam urusan duniawi mengakibatkan buta
sebelah. Penjelasan ini sungguh mengagumkan dan cocok sekali dengan apa
yang dikatakan oleh Al-Qur’an tentang bangsa-bangsa Kristen:
“Orang-orang
yang usahanya menderita rugi dalam kehidupan dunia, dan mereka mengira
bahwa mereka amat pandai dalam membuat barang-barang” (18:104)
Hadits Nabi
melukiskan hal ini dengan kalam ibarat, bahwa mata kiri Dajjal, yaitu,
mata-duniawi bersinar gemerlapan bagaikan bintang. Adapun keadaan rohani
bangsa-bangsa Dajjal Allah berfirman sbb:
“Mereka adalah orang-orang yang mengkafiri ayat Tuhan, dan (mengakhiri) perjumpaan dengan Dia” (18 : 105).
Hadits Nabi
menjelaskan hal ini dengan caranya sendiri, yaitu, bahwa mata-kanan
Dajjal tak mempunyai kekuatan untuk melihat ayat Tuhan.
Tanda Dajjal
yang lain, yakni tulisan kafara atau kafir pada dahinya ini berkenaan
pula dengan keadaan rohaninya. Jika orang berkata, bahwa pada dahi
seseorang terdapat tulisan anu, ini sama artinya dengan mengatakan,
bahwa anu itu adalah fakta senyata-nyatanya bagi dia. Maka dari itu,
uraian Hadits bahwa pada dahi Dajjal terdapat tulisan kafir, ini
hanyalah berarti bahwa kekafiran itu merupakan kenyataan yang
senyata-nyatanya bagi dia.
Kata-kata Hadits
itu sendiri sudah menerangkan; bahwa demikian itulah nyatanya.
Pertama-tama, Hadits menerangkan bahwa tiap-tiap mukmin dapat membaca
tulisan itu; jadi bukan tiap-tiap orang dapat membaca tulisan itu. Lalu
ditambahkan kata penjelasan tentang orang mukmin itu, yakni, “baik ia
buta huruf atau mengerti tulis menulis.” Artinya, tiap-tiap orang mukmin
dapat memahami tulisan itu, baik ia mengerti tulis-menulis atau tidak.
Sudah terang,
bahwa tulisan yang dapat dibaca oleh tiap-tiap orang mukmin, baik ia
mengerti tulis-menulis atau buta huruf, tak mungkin berwujud kata-kata
atau huruf. Jika tulisan itu berwujud kata-kata atau huruf, niscaya tak
dipersoalkan lagi apakah pembacanya mukmin atau kafir, demikian pula tak
perlu dinyatakan bahwa orang mukmin dapat membaca tulisan itu sekalipun
ia buta-huruf.
Kepandaian
membaca tulisan, tak ada sangkut pautnya dengan urusan iman. Setiap
orang yang tak buta huruf pasti dapat membaca tulisan, sedangkan orang
buta huruf, sekalipun ia orang mukmin sejati, ia tetap tak dapat membaca
tulisan. Oleh karena itu, tulisan yang dimaksud bukanlah tulisan biasa,
melainkan menifestasinya perbuatan seseorang. Pernyataan bahwa tulisan
itu hanya dapat dibaca oleh orang mukmin saja, ini berarti, bahwa orang
kafir tak pernah sadar akan kekafirannya, sehingga membutuhkan mata
orang mukmin untuk membaca buruknya kekafiran mereka.
12. TEMPAT TINGGAL DAJJAL PADA ZAMAN NABI
Sebuah Hadits
menerangkan, bahwa pada suatu hari sehabis salat berjama’ah, Nabi
Muhammad SAW menahan para Sahabat dan berkata sbb : “Tamim Dari, seorang
Kristen yang memeluk Islam, ia menceritakan kepadaku tentang Dajjal,
yang cocok dengan apa yang pernah aku ceritakan kepada kamu”. Lalu
beliau menceritakan ceritera Tamim Dari sbb :
“Pada suatu hari
ia berlayar dengan beberapa orang dari kabilah Lakhm dan Judham.
Setelah berlayar sebulan lamanya, mereka mendarat di sebuah pulau,
dimana mereka berjumpa untuk pertama kali dengan seekor makhluk yang
aneh, yang menamakan dirinya Jassassh (makna aslinya mata-mata).
Jassasah memberitahukan kepada mereka tentang seorang laki-laki yang
tinggal dalam Gereja. Kemudian mereka mengunjungi orang itu dalam
Gereja, yang nampak seperti raksasa, yang tangannya diikat pada
lehernya, dan kakinya diikat dengan rantai, dari lutut hingga mata-kaki.
Mereka bercakap-cakap dengan orang ini, yang tiba-tiba ia bertanya
kepada mereka tentang Nabi SAW, dan ia mengakhiri percakapannya dengan
ucapan: ‘Aku adalah Masihid Dajjal, dan aku berharap semoga aku segera
dibebaskan, lalu aku dapat menjelajahi seluruh dunia, kecuali Makkah dan
Madinah”.
Satu hal yang
sudah pasti ialah bahwa seluruh ceritera ini bukanlah kejadian biasa,
melainkan sebuah visiun (ru’yah). Adapun bukti bahwa kejadian itu
terjadi dalam ru’yah ialah adanya kenyataan bahwa Dajjal bertanya kepada
mereka sbb: “Ceriterakanlah kepadaku tentang Nabi bangsa Ummi (bangsa
Arab), apakah yang ia kerjakan”.
Pertanyaan
mereka dijawab sbb: “Beliau meninggalkan Makkah dan sampai di Madinah”.
Dalam Hadits lain, Dajjal diriwayatkan bertanya sbb: “Orang ini yang
muncul di antara kamu, apakah yang ia kerjakan?” (Kanzul-Ummal jilid
VII, hal 2024).
Bagaimana
mungkin Dajjal tahu bahwa Nabi bangsa Arab telah muncul? Apakah Dajjal
telah menerima wahyu? Sudah barang tentu tidak. Dan pula tak mungkin
bahwa ini adalah perkara terkaan.
Kejadian-kejadian
lain yang diceriterakan dalam Hadits ini, semuanya menguatkan pendapat
bahwa ini terjadi dalam ru’yah. Misalnya, siapakah yang mengikat tangan
Dajjal pada lehernya? Siapakah yang mengikat kakinya dengan rantai?
Bolehkah kami mengira bahwa Dajjal dilahirkan dalam keadaan demikian?
Mengapa jassasah tidak melepas rantai Dajjal? Segala persoalan yang
rumit ini hanya dapat dipecahkan apabila kami menganggap ceritera ini
berasal dari ru’yah Tamim Dari.
Segala sesuatu
yang diketahui oleh Nabi Suci yang berhubungan dengan masalah ini juga
berlandaskan ru’yah. Allah tak pernah membawa beliau ke sebuah pulau,
dan menyuruh beliau melihat Dajjal dengan mata-kepala sendiri.
Sebaliknya, hanya melalui ru’yah sajalah, beliau melihat sifat-sifat
Dajjal. Beliau menyajikan ru’yah Tamim Dari ini, sekedar untuk
memperkuat apa yang diketahui oleh beliau dalam ru’yah sebagaimana
beliau menceriterakan juga impian para Sahabat lainnya. Hadits ini
memberi petunjuk kepada kita, di mana tempat-tinggal Dajjal :
1. Ia bertinggal di sebuah pulau.
2. Letak pulau ini sejauh satu bulan pelayaran dari Syria.
Masih ada satu
lagi yang orang dapat ketahui dari Hadits ini, yakni, bahwa pada zaman
Nabi, Dajjal sudah ada, tetapi ia belum diizinkan keluar. Hal ini akan
kami uraikan nanti dengan panjang-lebar.
Dua catatan
tersebut di atas memberi petunjuk seterang-terangnya akan tempat-tinggal
Dajjal. Sudah terang bahwa Eropa didiami pula oleh bangsa-bangsa lain,
tetapi bangsa Inggris mempunyai kekuasaan dan kebesaran yang tak pernah
jatuh di tangan bangsa lain di benua itu. Itulah sebabnya mengapa benua
Barat disebutkan secara khusus sebagai tempat-tinggal Dajjal.
13. AGAMA DAJJAL
Ada sebuah
Hadits yang menerangkan bahwa kaum Yahudi akan menyertai Dajjal. Dari
Hadits ini orang menyangka bahwa Dajjal akan memeluk agama Yahudi. Akan
tetapi Al-Qur’an menerangkan seterang-terangnya bahwa bangsa Dajjal
mengakukan Allah mempunyai anak laki-laki. Oleh sebab itu tak ragu-ragu
lagi bahwa bangsa Dajjal adalah bangsa Nasrani.
Kelak akan kami
terangkan apakah yang dimaksud kaum Yahudi menyertai Dajjal. Bahkan kaum
Yahudi akan menyertai Dajjal tidaklah berarti bahwa Dajjal adalah kaum
Yahudi. Karena jika berarti demikian, bagaimanakah arti Hadits lain yang
menerangkan bahwa sebagian ummat Nabi Muhammad akan mengikuti Dajjal
dan menjadi korban tipu-muslihatnya. Adapun Hadits itu berbunyi sbb :
“Tujuh puluh ribu ummatku akan mengikuti Dajjal” (Misykat, ha1.477)
Sebagaimana
telah kami terangkan, julukan Masihid-Dajjal itu menunjukkan, bahwa
bangsa Dajjal akan mengaku sebagai pengikut Masih-’Isa. Hal ini
diterangkan sejelas-jelasnya dalam Hadits Tamim Dari tersebut di atas.
Isyarat supaya mengunjungi orang yang berada di dalam Gereja itu seperti
yang diterangkan dalam Hadits Tamim Dari, adalah penting sekali
artinya.
Sudah terang
bahwa Gereja adalah simbul agama Nasrani, dan raksasa yang menyimbulkan
ummat yang terdapat dalam Gereja itu tiada lain ialah ummat Nasrani.
Adapun Jassasah (mata-mata Dajjal) hanya mempunyai satu tugas, yaitu,
menganjurkan supaya orang-orang pergi ke Gereja, artinya, supaya menjadi
orang Kristen. Berikut ini adalah ucapan Jassasah yang sebenarnya:
“Gereja yang kamu lihat itu, masuklah ke dalam”.
14. TEMPAT MUNCULNYA DAJJAL.
Agaknya menarik
perhatian sekali bahwa menurut Hadits Tamim Dari, Dajjal bertinggal di
sebuah pulau yang letaknya di sebelah Barat Syria, sedang tempat
munculnya dikatakan oleh Hadits lain, berada di Timur. Lengkapnya,
Hadits ini berburiyi sbb:
“Tidak! Ia
(Dajjal) akan muncul disebelah Timur; tidak, ia akan muncul di sebelah
Timur; tidak, ia akan muncul di sabelah Timur” (Kanzul-’Ummal jilid VII,
halaman 2988).
Sebelum kami
menerangkan perinciannya, marilah kita tinjau lebih dahulu lain-lain
Hadits yang sama artinya, yakni bahwa Dajjal akan muncul di Timur. Salah
satu Hadits berbunyi sbb :
“Nabi Muhammad SAW menunjuk hampir duapuluh kali ke arah Timur” (Kanzul-’Ummal, jilid VIl, halaman 2991 ).
Dalam sebuah
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim mengatakan: “Tidak ! Ia akan
muncul di Timur” diikuti dengan kalimat: “Beliau menunjuk dengan
tangannya ke arah Timur”. Jadi jika di suatu Hadits dikatakan bahwa
tempat tinggal Dajjal ialah sebuah pulau di Barat, tetapi di lain Hadits
diterangkan bahwa tempad munculnya Dajjal, atau lebih tepat lagi,
tempat munculnya fitnah Dajjal ialah di Timur.
Ini menunjukkan
bahwa merajalelanya Dajjal akan membahayakan bangsa-bangsa di Timur.
Adapun kenyataan yang tak dapat dibantah lagi, bahwa fitnahnya Dajjal
tak akan menimpa bangsanya sendiri, bahkan mereka akan memperoleh
keuntungan dari hasil perampokan di Timur. Jadi yang dimaksud munculnya
Dajjal di Timur ialah merajalelanya fitnah Dajjal di negara-negara Timur
dengan jalan memperbudak penduduknya, baik jasmani maupun rohani,
lahiriyah maupun batiniyah.
Menurut apa yang
diterangkan dalam Hadits, terang sekali bahwa pada zaman Nabi, Dajjal
itu sudah ada, akan tetapi pada waktu itu tangan dan kakinya dirantai.
Inilah gambaran yang sebenarnya bagi bangsa-bangsa Eropa pada waktu itu.
Mereka mengurung diri dalam tanah air mereka sendiri, lalu pada suatu
ketika, mereka mengalir ke seluruh dunia untuk menaklukkan dan
menjajah negara-negara lain, sehingga mereka benar-benar menguasai,
atau setidak-tidaknya memaksakan pengaruhnya terhadap negara-negara itu,
sehingga gerak-gerik negara-negara itu dipimpin dan diawasi oleh
bangsa-bangsa Eropa.
Itulah sebabnya
mengapa di dalam Hadits diterangkan bahwa Dajjal mengaku Tuhan, karena
segala sesuatu di dunia dikerjakan menurut perintah Dajjal, seakan-akan
dialah yang menguasai dan menentukan nasib bangsa-bangsa lain. Inilah
apa pula yang dimaksud oleh Hadits lain yang menerangkan bahwa Dajjal
ialah yang menentukan hidup-matinya orang-orang. Dengan perkataan lain,
Dajjal akan meninggikan dan merendahkan derajat bangsa-bangsa lain
menurut apa yang dianggap sesuai dengan tujuannya.
15. FITNAH YANG PALING BESAR
Dalam Sahih
Muslim ada sebuah Hadits yang berbunyi sbb: “Sejak terciptanya manusia
hingga datangnya Hari Kiamat, tak ada fitnah lebih besar daripada
fitnahnya Dajjal” (Misykat, hal. 472).
Kata-kata
seperti itu, terdapat pula dalam kitab Hadits yang lain. Misalnya, dalam
sebuah Hadits, Nabi SAW diriwayatkan bersabda sbb : “Wahai manusia !
Semenjak Allah menciptakan bani Adam, tak ada fitnah dimuka bumi yang
lebih besar dari pada fitnahnya Dajjal” (Kanzul-’Ummal, jilid VII,
halaman 2028).
Hadits-hadits
tersebut membuktikan bahwa fitnahnya Dajjal itu tiada lain ialah
merejalelanya Imperialis Eropa sekarang ini dan menangnya agama Nasrani.
Kenyataan menunjukkan bahwa sejarah ummat manusia tak dapat
mempertunjukkan fitnah lain yang besarnya seperti itu.
Memang dalam
sejarah pernah terjadi suatu bangsa menundukkan bangsa lain dan
menguasai aspek kehidupan mereka, tetapi contoh tentang penjajahan yang
menyeluruh seperti yang kita saksikan sekarang ini berupa merajalelanya
imperialis dan kebudayaan Eropa di seluruh dunia, belum pernah terjadi.
Daratan dan lautan semuanya dikuasai oleh imperialis Eropa.
Demikian pula
kita tak dapat menemukan persamaannya tentang cara-cara kaum imperialis
Barat memperbudak bangsa-bangsa lain di dunia. Yang lebih istimewa lagi
ialah bahwa mereka memiliki segala macam senjata yang dengan senjata
itu, orang-orang dapat tersesat dari jalan benar dan jalan kesucian. Di
sebelah sini, mereka mnyesatkan orang-orang melalui sistem pendidikan,
dan di sebelah sana, mereka mencapai tujuan mereka melalui penyiaran
agama; kadang-kadang untuk mencapai tujuan mereka, mereka melumpuhkan
jiwa manusia dengan memberikan kepada mereka kemewahan dan kesenangan
jasmani; dan kadang-kadang diberikan kepada mereka hiburan-hiburan yang
dapat melupakan rohani mereka sama sekali.
Sering pula ilmu
pengetahuan mereka digunakan untuk menghancurkan rohani ummat manusia.
Pendek kata, di seluruh sejarah manusia, fitnahnya Dajjal tak ada
taranya, dan sabda Nabi SAW bahwa tak ada fitnah yang lebih besar
daripada fitnahnya Dajjal, ini terpenuhi berupa merajalelanya kaum
imperialis Eropa, yang bukan saja membahayakan aspek kehidupan jasmani,
melainkan pula membahayakan aspek kehidupan moral dan rohani.
16. TANDA-TANDA DAJJAL.
Berikut ini kami
kutipkan beberapa Hadits yang menerangkan tanda-tanda yang mengiringi
munculnya Dajjal. Adapun arti tanda-tanda itu akan kami terangkan
kelak.
I. Sorga dan Neraka Dajjal
“Ia (Dajjal)
akan datang dengan membawa semacam sorga dan neraka; dan apa yang ia
katakan sorga itu sebenarnya, neraka” (Misykat, halaman 473).
“Dan ia akan
membawa air dan api. Dan apa yang orang-orang melihatnya air, itu
sebenarnya api yang menghanguskan; dan apa yang orang-orang melihatnya
api, iiu sebenarnya air tawar yang sejuk” (Misykat, halaman 473)
“Ia akan membawa
api dan sungai dan barang siapa jatuh dalam apinya, ia akan memperoleh
ganjaran dan disingkirkan bebannya.” (Kanzul-’Ummal, jilid VII, halaman
2975)
“la akan membawa gunung roti dan sungai penuh air “(Kanzul-’Ummal, jilid VII, halaman 2985).
“Ia membawa dua sungai, yang satu penuh air, dan satu lagi penuh api” (idem, halaman 2985)
“Dajjal akan
muncul dengan membawa sungai dan api; barang siapa masuk dalam
sungainya; ia akan memikul beban dan dilenyapkan ganjarannya; dan
barangsiapa masuk dalam apinya, akan memperoleh ganjaran dan dihilangkan
bebannya” (idem, halaman 2029).
Di antara fitnah
Dajjal ialah bahwa ia akan membawa sorga dan neraka; adapun neraka
Dajjal ialah sorga, dan sorga Dajjal ialah Neraka. Maka barangsiapa
diuji dengan neraka Dajjal, hendaklah ia mohon pertolongan Allah sambil
membaca permulaan surat al-Kahfi, maka neraka akan menjadi dingin dan
damai” (idem, halaman 2028).
“Dan ia akan
membawa semacam sorga dan neraka. Dan sorga Dajjal penuh dengan asap,
sedangkan neraka Dajjal adalah kebun yang menghijau” (idem, halaman
2074).
Hadits yang lain berbunyi:
“Sungguh ia akan
membawa sorga dan neraka. Adapun neraka Dajjal ialah sorga, dan sorga
Dajjal ialah Neraka. maka barang siapa diuji dengan neraka Dajjal,
hendaklah ia menutup matanya dan mohon pertolongan Allah, dan neraka itu
akan dingin dan damai” (idem, halaman 2079).
“Bagaimana
perasaan kamu jika kamu diuji oleh seseorang yang sungai-sungai dan
buah-buahan di bumi akan dibikin tunduk kepadanya” (idem, halaman 2090).
“Ia akan
menjelajah dengan membawa dua gunung. Yang satu, penuh dengan pohon,
buah-buahan dan air, dan yang lain, penuh dengan api dan asap. Ia
berkata: Ini adalah sorga, dan ini adalah neraka” (idem, halaman 2110).
II. Kecepatan dan kendaraan Dajjal
“Kami bertanya:
Wahai Rasulullah, bagaimanakah cepatnya perjalanan Dajjal di muka bumi?
Beliau menjawab: seperti cepatnya awan ditiup angin” (Misykat bab
Dajjal).
“Bumi akan
digulung untuknya; ia menggenggam awan di tangan kanannya, dan
mendahului matahari di tempat terbenamnya; lautan hanya sedalam
mata-kakinya; di depannya adalah gunung yang penuh asap” (Kanzul-’Ummal,
jilid VII, halaman 2998).
“Ia akan meloncat-loncat di antara langit dan bumi” (Abu Dawud).
.
“Dajjal akan muncul dengan naik keledai putih; yang jarak antara dua telinganya adalah tujuh puluh yard” (Misykat, halaman 477)
“Ia mempunyai
seekor keledai yang ia naiki, yang jarak antara dua telinganya adalah
empat puluh yard” (Kanzul-’Ummal, jilid VII, halaman 2104).
“Ia menaiki
seekor keledai putih, yang masing-masing telinganya tiga puluh yard
panjangnya, dan jarak antara kaki yang satu dengan kaki yang lain adalah
perjalanan sehari semalam” (idem, halaman 2998).
III. Harta kekayaan Dajjal
“Dan ia melalui
hutan rimba, dan ia berkata kepadanya: Keluarkanlah kekayaanmu, maka
kekayaaan rimba itu mengikuti dia, bagaikan lebah mengikuti ratunya”
(Misykat, halaman 473).
IV. Kawan-kawan Dajjal hidup senang, dan musuh-musuh Dajjal hidup sengsara
“Ia datang pada
suatu kaum dan mengajak mereka (supaya mengikuti dia), dan kaum itu
beriman kepadanya, ia memberi perintah kepada langit, maka turunlah
hujan, lalu ia memberi perintah kepada bumi, maka keluarlah
tumbuh-tumbuhan. Lalu ia datang kepada kaum yang lain, dan mengajak
mereka (supaya mengikuti dia), dan kaum itu menolak ajakannya, maka
berpalinglah ia dari mereka, lalu kaum itu tertimpa kelaparan, dan tak
ada sedikit kekayaan pun yang mereka kuasai” (Misykat, halaman 473).
“Dan di antara
fitnah Dajjal ialah, apabila ia datang pada suatu kaum yang tak mau
beriman kepadanya, maka tiada lagi ternak mereka yang tertinggal,
melainkan binasalah semuanya; dan apabila ia datang pada kaum lain yang
beriman kepadanya, maka ia memberi perintah kepada langit, lalu turunlah
hujan, dan ia memberi perintah kepada bumi, lalu keluarlah
tumbuh-tumbuhan” (Kanzul-’Ummal, jilid VII. halaman 2028).
“Sungai-sungai
dunia dan buah-buahan akan tunduk kepada Dajjal; maka barangsiapa mau
mengikuti dia, ia akan memberi makan kepadanya dan menjadikan dia
seorang kafir dan barang siapa menentang dia, maka persediaan makanannya
akan dirampas dan dihentikan mata-pencahariannya” (Kanzul-’Ummal; jilid
VII halarnan 2090).
“Ada beberapa
kaum yang bersahabat dengan Dajjal akan berkata: “Sesungguhnya kami tahu
bahwa Dajjal adalah kafir, tetapi kami bersahabat dengan Dajjal, agar
kami dapat makan dari makanannya, dan agar kami dapat memberi makan
ternak kami dari pohonpohonnya” (idem, halaman 2092).
“Dan ia (Dajjal)
akan membawa gunung roti, dan sekalian manusia akan mengalami
kesukaran, terkecuali orang yang mengikuti dia” (idem, halaman 2104).
V. Partemuan Dajjal dangan roh
“bersama-sama
Dajjal akan dibangkitkan setan-setan yang rupanya mirip dengan
orang-orang yang telah meninggal, apakah itu ayah ataukah saudara”
(idem, halaman 2065).
“Setan-setan
yang rupanya mirip dengan orang yarg telah meninggal akan menyertai
Dajjal, dan mereka akan berkata kepada orang yang masih hidup: Kenalkah
engkau padaku? Aku adalah saudaramu; aku adalah ayahmu; atau aku adalah
salah seorang kerabatmu” (idem, hal. 2078).
“Bersama-sama Dajjal akan dibangkitkan setan-setan yang akan bercakap-cakap dengan manusia” ( idem, halaman 2104).
VI. Kaum Yahudi di belakang Dajjal
“Dan di belakangnya ialah Dajjal yang bersama-sama dia adalah tujuh puluh ribu orang Yahudi” (idem, halaman 2028)
“Kebanyakan
orang yang mengikuti Dajjal ialah kaum Yahudi, para wanita, dan rakyat
jelata” (Kanzul-’Ummal, jilid VII, hal. 2065).
“Kebanyakan orang yang menyertai Dajjal ialah kaum Yahudi, dan para wanita” (idem, halaman 2214).
“Dajjal musuh
Allah, akan muncul dan dia akan disertai oleh bala tentara yang terdiri
dari kaum Yahudi dan segala macam bangsa” (idem, halaman 2974).
VII. Pengaruh Dajjal Terhadap Wanita
“Dan orang yang
paling akhir yang mendatangi Dajjal ialah kaum wanita, sampai-sampai
seorang pria mendatangi ibunya, anaknya perempuan, saudaranya perempuan
dan bibinya, lalu mengikat mereka, agar mereka tak datang kepada Dajja!”
(idem, hal. 2116).
VIII. Dajjal dan anak-anak yang tidak sah
“Awas! Kebanyakan kawan dan pengikut Dajjal ialah kaum Yahudi dan anak-anak yang tidak sah” (idem, halaman 2998)
IX. Laki-laki sperti wanita, dan wanita seperti laki-laki
“Dan para wanita akan tampak seperti laki-laki dan laki-laki akan nampak seperti wanita” (idem, halaman 2998)
X. Penyembuhan Ajaib
“Dan Dajjal akan menyembuhkan orang buta, orang sakit lepra, dan akan menghidupkan orang mati” (idem; halaman 2080)
XI. Bisikan Jahat Dajjal
“Barangsiapa
mendengar perihal Dajjal, hendaklah menyingkir daripadanya. Demi Allah!
Orang akan mendatangi Dajjal, dan ia menyangka bahwa dia adalah orang
mukmin, dan ia akan mengikuti dia (Dajjal) karena sak wasangka yang
ditimbulkan dalam batinnya” (Kanzul-’Ummal, jilid VII, halaman 2057)
XII. Munculnya Dajjal
“Ia (Dajjal)
akan berkata: Apabila rantai yang mengikat aku ini lepas, aku tak akan
membiarkan sejengkal tanah pun yang tak diinjak oleh kakiku, terkecuali
kota suci Madinah” (idem, halaman 2991 )
“Dan tak
sejengkal tanah pun di muka bumi ini yang tak dikuasai oleh Dajjal,
terkecuali kota Makkah dan Madinah” (idem, hal. 2028).
“Dan tak lama
lagi, aku (Dajjal) akan diizinkan keluar, maka aku akan keluar dan
mengadakan perjalanan di muka bumi, dan tak satu tempat-tinggal pun yang
tak kusinggahi selama empat puluh malam, terkecuali Makkah dan Madinah”
(idem, halaman 2988).
17. SORGA DAN NERAKA DAJJAL
Menurut Hadits,
tanda Dajjal yang paling besar adalah bahwa ia akan membawa sorga dan
neraka. Apa yang pertama kali harus diingat sehubungan dengan ini ialah,
apabila dalam suatu Hadits, kata-kata jannah dan nar dipakai untuk
menunjukkan sorga dan neraka Dajjal, maka di lain Hadits, sorga dan
neraka Dajjal itu dinyatakan dengan kata-kata lain. Misalnya, sebagai
pengganti kata-kata sorga dan neraka Dajjal, digunakanlah kata-kata ma’
(air) dan nar (api); dan di lain Hadits digunakan kata-kata nahar
(sungai) dan nar (api). Lalu di lain Hadits digunakan kata-kata dua
sungai, sungai air dan sungai api.
Kemudian ada
Hadits lagi yang menerangkan, bahwa Dajjal akan membawa “Gunung roti dan
sungai air”. Bahkan ada Hadits lagi yang sebagai pengganti kata-kata
sorga dan neraka Dajjal, digunakan kata-kata “dua gunung; yang satu
penuh dengan tumbuhtumbuhan dan buah-buahan dan air, sedang yang lain,
penuh dengan api dan asap.
Dari uraian
tersebut, terang sekali bahwa kata jannah dan nar tidaklah berarti Sorga
dan Neraka yang sesungguhnya; demikian pula kata-kata sungai, api ,
asap, gunung roti, dll, janganlah diartikan secara harfiyah. Semuanya
itu adalah kata ibarat; misalnya kata jannah, ini mengibaratkan
melimpahnya persediaan bahan-makanan, kesenangan dan kemewahan, sedang
kata nar mengibaratkan kurangnya bahan makanan dan kesenangan hidup.
Adapun maksud sebenarnya ialah, barangsiapa mengikuti Dajjal, ia akan
hidup mewah, dan barang siapa menentangnya, ia tak akan mempunyai
persediaan bahan-makanan.
Bandingkanlah
keadaan kehidupan dua bangsa, yaitu bangsa-bangsa Islam yang hidup serba
kekurangan, dan bangsa-bangsa Nasrani yang hidup serba mewah; dan
inilah yang dimaksud dengan sorga dan neraka Dajjal. Kata-kata sorga dan
neraka tidaklah berarti bahwa Dajjal benar-benar membawa sorga dan
neraka seperti pedagang membawa barang dagangannya. Namun yang sebenarnya dimaksud ialah bahwa Dajjal akan
menguasai sorga dan neraka sebagaimana diterangkan dalam Hadits berikut ini:
“Sungai dan buah-buahan dunia akan tunduk kepadanya”.
Inilah arti yang
sebenarnya dari kata-kata itu, yakni bahwa segala macam persediaan yang
mendatangkan kesenangan, kemewahan dan kenikmatan hidup di dunia,
semuanya dikuasai oleh Dajjal. Dan inilah yang disebut sorga Dajjal bagi
orang yang picik pandangannya; akan tetapi sebenarnya, ini semua
disebut neraka, karena siapa saja yang tenggelam dalam kesenangan hidup
seperti berdansa, bersenang-senang, bersukaria, melihat theater,
bioskop, pergaulan bebas antara pria dan wanita, minum, berjudi,
melacur, pasti tidak ingat kepada Allah.
Akibatnya
jiwanya menjadi rusak; dan inilah neraka yang sebenarnya; dan sekalipun
tidak terlihat oleh mata jasmani, tetapi di Akhirat akan nampak dengan
terang. Sebaliknya apa yang disebut neraka Dajjal yang berupa kehidupan
yang tidak diliputi oleh kesenangan duniawi, adalah Sorga yang
sebenarnya, karena semakin orang tidak tenggelam dalam kesenangan
duniawi, semakin besar pulalah keuntungan rohaninya, sehingga ia dapat
terus meningkat sampai mencapai hubungan dengan Allah. Jadi sorga Dajjal
itu terdiri dari kesenangan jasmani, yang diperoleh dengan mengorbankan
kehidupan rohani. Barang siapa tenggelam dalam hidup senang, ia akan
kehilangan kesenangan di zaman yang akan datang.
18. KECEPATAN DAJJAL, KENDARAAN DAJJAL DI DARAT, DI LAUT DAN DI UDARA.
Tatkala Nabi SAW
ditanya, bagaimanakah kecepatan perjalanan Dajjal, Beliau menjawab sbb:
“Kecepatan Dajjal adalah seperti awan yang ditiup angin”. Pada waktu
Nabi SAW mengucapkan kata-kata ini, tampaknya seperti dongeng saja, atau
ucapan yang berlebih-lebihan. Akan tetapi pada dewasa ini kapal-udara
terbang melebihi kecepatan angin.
Selanjutnya Nabi
SAW bersabda sbb: “Bumi akan digulung untuknya “. Ini berarti Dajjal
akan bergerak begitu cepat seolah-olah bumi yang luas ini kelihatan
ciut. Gerakan Dajjal melalui udara dikatakan sebagai berikut: “la akan
menggenggam awan di tangan kanannya”. Artinya ia akan terbang menembus
dan di atas awan. Selanjutnya Nabi Suci menerangkan bahwa “Dajjal akan
meloncat-loncat di antara bumi dan langit”. Semua ini mengisyaratkan
perjalanan Dajjal melalui udara. Lebih lanjut diterangkan bahwa Dajjal
akan bergerak begitu cepat hingga ia:
“Mendahului matahari di tempat terbenamnya”
Pada dewasa ini
kapal-udara terbang lebih cepat dari jalannya matahari; orang yang
berangkat dari Timur pada pagi hari, akan sampai di Barat sebelum
matahari terbenam. Penerbangan dari Calcuta ke Bombay atau dari Lahore
ke Karachi, hanya memakan waktu beberapa jam saja. Siapa tahu orang akan
terbang lebih cepat lagi daripada keadaan sekarang. Selanjutnya
diterangkan bahwa “lautan hanya sedalam mata-kaki Dajjal” Hal ini
terjadi sungguh-sungguh dengan gerakan kapal selam di bawah permukaan
laut.
Kendaraan Dajjal
disebut keledai, karena keledai digunakan untuk mengangkut orang dari
sini ke sana, dan pula digunakan untuk mengangkut muatan bagi manusia.
Akan tetapi keledai Dajjal bukanlah keledai sungguh-sungguh, karena
keledai ini digambarkan mempunyai telinga yang jaraknya tujuh puluh yard
dan warnanya putih mengkilat. Gambaran ini sebenarnya untuk melukiskan
kereta-api.
Adapun Hadits
yang menerangkan satu langkah Dajjal akan mencapai jarak perjalanan
sehari semalam, ini berarti bahwa jarak yang diternpuh sehari semalam,
itu hanyalah satu langkah saja bagi Dajjal. Hendaklah diingat bahwa
gambaran tentang kemampuan Dajjal menundukkan alam tidaklah sekali-kali
dimaksud untuk mengutuk perbuatan Dajjal, tetapi untuk menunjukkan bahwa
Dajjal mempunyai anggapan sebagai orang yang paling kuasa, dan lupa
akan kedudukannya sebagai hamba Allah yang hina. Jadi yang dikutuk ialah
pengakuan Dajjal bahwa ia mempunyai kekuasaan Ketuhanan.
19. DAJJAL MENGELUARKAN KEKAYAAN BUMI
Dalam Hadits
diterangkan bahwa kekayaan bumi akan mengikuti Dajjal. Ini
mengisyaratkan penemuan orang-orang Eropa akan kekayaan bumi yang
terpendam. Dimana ada kekayaan bumi yang terpendam, baik yang berupa
mas, perak, besi, batubara, minyak dan bahan-bahan mineral, pasti
diketemukan oleh orang-orang Eropa.
Semua kekayaan
itu, baik di Barat maupun di Timur, diusahakan oleh orang-orang Eropa.
Setelah dikeluarkan dari perut bumi, bahan-bahan itu dibuat
barang-barang yang oleh bangsa Eropa digunakan untuk menjajah bangsa
lain di dunia. Selain itu mereka mengusahakan daerah padang pasir yang
tandus dijadikan daerah yang subur dengan memberinya saluran air.
Singkatnya,
semua kekayaan bumi baik yang berupa mineral maupun hasil tanaman,
dikuasai oleh bangsa-bangsa Eropa. Semua kekayaan mengikuti Dajjal, dan
keuntungan bangsa-bangsa Eropa semakin bertambah, sedangkan
bangsa-bangsa lain di dunia hanya dijadikan buruh mereka untuk
menghasilkan bahan-bahan mentah guna kepentingan industri mereka.
Sejumlah besar
mas dan kekayaan dunia baik di India, di Afrika dan negara-negara Timur,
semuanya dikuras habis untuk ditumpuk di Eropa dan Amerika. Alangkah
hebatnya ru’yah Nabi SAW tigabelas abad yang lampau tentang keadaan yang
kita alami sekarang ini. Alangkah baiknya jika ru’yah itu diberitahukan
kepada orang-orang yang disesatkan oleh kekayaan, kemewahan dan
kekuasaan bangsa-bangsa Eropa, hingga bertekuk lutut di
hadapan mereka. Hendaklah mereka suka merenungkan ketajaman penglihatan
rohani Nabi SAW yang beberapa ratus tahun sebelumnya, dapat melihat
gambaran dunia sekarang ini dengan segala perinciannya sehingga beliau
mampu memberi gambaran yang jelas kepada bangsa Arab ketika itu.
20. KAWAN-KAWAN DAJJAL HIDUP SENANG, DAN MUSUH
MUSUH DAJJAL HIDUP SENGSARA.
Sudah terang
bahwa memeluk agama Dajjal adalah cara yang sebaik-baiknya untuk
menghormati dan bersahabat dengan Dajjal. Hadits yang menerangkan bahwa
pengikut-pengikut Dajjal akan senang hidupnya, ini berlaku pula bagi
orang-orang yang bersumpah setia kepadanya. Ambillah misalnya keadaan di
lndia. Orang-orang yang sebelum masuk Kristen termasuk golongan rakyat
yang hidup sengsara, kini mereka menjadi orang-orang kaya dan
berkedudukan tinggi.
Kekayaan yang diambil dari segala penjuru dunia
dan ditumpuk di Eropa dan Amerika; jika ini akan diambil sedikit untuk
negara-negara lain di dunia; maka pertama-tama, bagian itu dibagikan
kepada negara-negara Timur yang menganut agama Dajjal dengan memberikari
kepada mereka gaji-gaji yang memuaskan. Alangkah benarnya gambaran
Hadits tentang hal ini:
“Ia (Dajjal) akan membawa gunung-roti, semua orang menderita kesukaran, kecuali orang-orang yang mengikutinya”.
Sungguh benar
bahwa jaminan yang terbaik bagi keamanan ekonomi sekarang ini ialah
memeluk agama Kristen. Orang-orang yang tak mau mengambil jalan ini dan
tak mau hidup rukun dengan mereka, pasti akan mengalami kehidupan yang
sukar dan sengsara. Alangkah benarnya gambaran yang diberikan oleh Nabi
SAW:
“Barang siapa mengikuti Dajjal, ia akan diberi makan, akan tetapi ia dijadikan kafir” (Kanzul-’Ummal, jilid VII, halaman 2104).
Lepas dari
orang-orang yang sepenuhnya menganut agama Dajjal, ada pula orang yang
bermain-mata dan mengambil muka dengan Dajjal, hanya karena mengejar
uang semata-mata. Inilah golongan manusia yang dituju oleh Hadits
berikut ini :
“Kami bersahabat
dengan Dajjal, sekalipun kami tahu bahwa ia kafir. Kami bersahabat
dengan Dajjal agar kami dapat makan dari Persediaannya.”
Inilah
hamba-hamba perut yang menari-nari menurut irama Dajjal. mereka
mengerjakan hal-hal yang bertentangan dengan agama, bangsa dan negara,
hanya karena sesuap nasi. Tujuan Dajjal memberi makan orang-orang ini
ialah agar mereka menjadi orang yang tak beragama, sekalipun Dajjal tak
berhasil memasukkan mereka dalam agamanya; setidak-tidaknya Dajjal
berhasil membikin mereka acuh-tak acuhterhadap agama mereka sendiri.
Jika tidak demikian, apakah tujuan missi Kristen dan sekolah-sekolah dan
perguruan tinggi? Sebenarnya sistem pendidikan yang diberikan kepada
anak-anak kita, itu hanya bertujuan untuk memisahkan mereka dari agama
dan Allah. Dan apakah yang dijadikan daya-penarik pendidikan ini? Tiada
lain hanyalah diberinya mereka hak untuk mendapatkan pekerjaan, jadi
kembali lagi kepada persoalan perut dan roti.
21. PERTEMUAN DAJJAL DENGAN ARWAH ORANG-ORANG YANG SUDAH MENINGGAL DAN PERCAKAPAN DAJJAL DENGAN MEREKA.
Walaupun Dajjal
amat sibuk dalam urusan duniawi, namun Dajjal tak mengabaikan bisikan
kodrat yang membisikkan kehidupan di luar dunia. Maka dari itu Dajjal
memperlihatkan perhatiannya di lapangan ini, yang lazim disebut
“Spritisme”. Di lapangan ini Dajjal mengaku mempunyai ilmu bagaimana
caranya agar orang dapat berhubungan dengan arwah orang-orang yang sudah
mati, dan bagaimana bercakap-cakap dengan mereka. Hadits berikut ini
menerangkan tentang perbuatan yang luar biasa ini:
“Bersama-sama
Dajjal akan dibangkitkan setan-setan yang rupanya mirip dengan
orang-orang yang telah meninggal, apakah itu ayah ataukah saudara
mereka”.
Hadits lain lagi:
“Setan-setan akan bercakap-cakap dengan manusia”.
Selain
setan-setan itu mirip rupanya dengan orang-orang yang sudah meninggal,
mereka dapat pula bercakap-cakap dengan manusia. Apa yang dilukiskan
oleh Nabi SAW ini yang dapat disebut gerakan “spiritisme”
sungguh-sungguh membuktikan hebatnya ramalan beliau.
Orang yang
berkecimpung dalam gerakan ini tahu benar bagaimana mengatur ruangan
yang khusus dipersiapkan untuk ini, dan bagaimana mengatur penerangan
lampu yang digunakan khusus untuk ini. Kemudian bagaimana caranya
melaksanakan apa yang disebut medium yang dapat mewujudkan bayangan
arwah orang-orang yang sudah meninggal, yang bercakap-cakap dengan
manusia; mereka kelihatan sebentar, lalu menghilang lagi.
Dan orang-orang
yang menghadiri pertemuan ini kadang-kadang mengalami perubahan pikiran,
seperti halnya orang-orang India yang diubah pikirannya sehingga
mereka melihat perwujudan arwah, yang asalnya hanya dari angan-angan
mereka sendiri. Apakah “Spiritisme” itu mengandung kebenaran atau tidak
adalah soal lain. Adapun yang kami persoalkan ialah bahwa Nabi SAW telah
memberi gambaran yang benar tentang ilmu sihir (magi) yang dilakukan
oleh Dajjal, yang diramalkan oleh beliau dengan kata-kata yang terang,
lima belas abad yang lampau.
22. KEKUATAN YAHUDI DI BELAKANG DAJJAL.
Ramalan Nabi SAW
tentang Dajjal adalah bukti yang mengagumkan tentang hebatnya ru’yah
beliau mengenai peristiwa yang akan terjadi di kemudian hari. Dalam
Hadits diterangkan bahwa beliau menunjuk Gereja sebagai tempat Dajjal,
dan Al-Qur’an juga memberi petunjuk tentang identitas Dajjal dengan
kata-kata sbb. “Dan agar ia memberi peringatan kepada orang-orang yang
berkata bahwa Allah mempunyai Putera.” (18:4).
Adapun kebencian
orang-orang Yahudi terhadap Nabi Isa, Al-Qur’an menguraikan begitu
jelas, hingga Al-Qur’an menyebut-nyebut surat tulisan kaum Yahudi yang
menodai kesucian Siti Maryam, Ibu Nabi Isa. Qur’an berfirman sbb:
“Dan ucapan mereka terhadap Maryam adalah fitnah yang besar” (4: 156).
Sikap permusuhan
kaum Yahudi terhadap Nabi Isa adalah yang paling besar yang pernah
dilancarkan oleh suatu bangsa terhadap seseorang. Sifat permusuhan yang
abadi ini diuraikan dalam Al-Qur’an sbb:
“Kami bangkitkan sikap permusuhan di antara mereka sampai Hari Kiyamat” (5:14).
Kaum Yahudi
mengalami bermacam-macam penindasan, baik di zaman Nabi Suci maupun
sebelum beliau, dan penindasan ini berlangsung terus sampai lama sesudah
beliau. Bahkan dapat dikata sampai muncul Dajjal, kaum Yahudi tetap
mengalami penindasan oleh kaum Nasrani. Namun demikian Nabi Suci
meramalkan sbb:
“Dajjal akan disertai oleh tujuh puluh ribu orang Yahudi.”
“Kebanyakan orang yang mengikuti Dajjal ialah kaum Yahudi.”
“Dajjal musuh Allah, akan muncul dan akan disertai oleh balatentara yang terdiri dari kaum Yahudi.”
Hendaklah
diingat bahwa tak ada Hadits satupun yang menerangkan bahwa Dajjal
adalah orang Yahudi. Sebaliknya Hadits menerangkan bahwa Dajjal adalah
identik dengan kaum Nasrani. Selain itu Al-Qur’an menerangkan bahwa kaum
Nasrani selalu lebih unggul daripada kaum Yahudi:
“Dan aku akan membuat orang-orang yang mengikuti engkau (Nabi Isa) melebihi orang-orang kafir, sampai Hari Kiyamat” (3:54).
Namun kita
dihadapkan dengan kenyataan yang paling aneh, yakni bahwa Pemerintahan
Kristen sangat bergantung kepada bantuan kaum Yahudi. Para Menteri dari
pemerintahan Negara Kristen yang besar-besar, mengerjakan begitu saja
apa yang diminta oleh orangorang Yahudi. Adapun sebabnya tidak sukar
dicari. Kaum Yahudi mempunyai banyak uang untuk membantu Pemerintahan
Kristen. Bahkan Pemerintah Inggris yang begitu jayapun membantu
kepentingan Yahudi untuk menghancurkan kaum Muslimin di Palestina.
Kaum Muslimin di
Palestina dibikin melarat, hingga ladang-ladangnya terpaksa dijual
kepada orang-orang Yahudi yang berdiam di sana dalam jumlah besar.
Perkataan “tujuh puluh ribu orang Yahudi” dalam hadits ini mengandung
arti jumlah yang besar. Sebagaimana kita maklum, bahasa Arab “tujuh”
atau “tujuh puluh” itu digunakan untuk menunjukkan jumtah yang besar.
Jadi, tujuh puluh ribu orang Yahudi ini artinya banyak sekali kaum
Yahudi yang mau bekerja-sama dengan Dajjal. Jika penduduk dunia tak tahu
bagaimana kaum Yahudi secara diam-diam membantu Pemerintah Inggris dan
Pemerintah Barat lainnya, atau bagaimana Pemerintah Inggris membantu
kaum Yahudi, maka tindakan Pemerintah Inggris memindahkan bangsa Yahudi
ke Palestina sudah cukup sebagai bukti benarnya ramalan Nabi SAW tentang
adanya persekutuan rahasia ini.
Namun demikian, gabungan kekuatan antara kaum
Yahudi dan kaum Kristen Eropa tak sekali-kali menggentarkan kaum
Muslimin, asalkan kaum Muslimin menyadari sepenuhnya bahwa Nabi SAW
disamping meramalkan adanya kekuatan gabungan yang menakutkan ini,
beliau tiga belas abad yang lampau juga meramalkan bahwa pada akhir
zaman, Islam akan memperoleh kemenangan di atas sekalian agama di dunia.
23. PENGARUH DAJJAL TERHADAP WANITA.
Dalam Hadits
diterangkan bahwa Dajjal tidaklah kecil pengaruhnya terhadap kaum
wanita. Kenyataan menunjukkan bahwa walaupun manusia mempunyai
kesanggupan untuk berbuat baik, namun pelaksanaannya harus disertai
dengan usaha keras seakan-akan harus mendaki puncak gunung. Tetapi tidak
demikianlah halnya perbuatan buruk. Tanpa susah payah sedikitpun,
manusia selalu siap dan tak segan-segan melakukan perbuatan yang merusak
moral dan perbuatan biadab.
Celakanya pada
dewasa ini Eropalah yang membuka pintu segala macam godaan berupa
pergaulan bebas yang melebihi batas antara pria dan wanita.
Adegan-adegan yang membangkitkan nafsu birahi, baik yang dipentaskan
dalam panggung maupun di layar putih, menyebabkan tempat-tempat yang
menggiurkan itu banyak dikunjungi orang, terutama para pemuda.
Gambargambar cabul, tarian telanjang, pakaian wanita setengah
tetanjang, semua kejahatan yang ditimbulkan oleh hidup berfoya-foya ini
menyebabkan jiwa manusia cepat menjadi rusak. Rusak badannya, demikian
pula rusak moralnya.
Meluncur ke
bawah adalah lebih mudah daripada naik ke atas. Kejadian-kejadian
tersebut buruk sekali pengaruhnya terhadap karakter bangsa kita sendiri.
Perbuatan orang-orang Eropa yang tak pantas itu, makin lama makin
dianggap tak menjijikkan lagi oleh bangsa kita. Pelacuran dan segala
pendahuluannya tak memuakkan perasaan kita lagi. Perbuatan mesum ini,
yang cepat sekali menjalarnya di kalangan kaum pria, kini mulai menjalar
di kalangan kaum wanita.
Tepat sekali sabda Nabi SAW sbb:
“Orang terakhir yang akan datang kepada Dajjal adalah kaum wanita.”
Memang sifat
pemalu kaum wanita dapat lama bertahan menghadapi godaan Dajjal. Akan
tetapi sekarang mereka sudah jatuh menjadi korban godaan Dajjal, dan
sekalipun di negeri kita belum begitu memuncak seperti di Eropa, namun
sekarang banyak wanita Timur yang mengucapkan selamat tinggal kepada
kesopanan Islam dan berganti menggunakan kesopanan setengah-telanjang
ala barat. Mereka bukan saja mengunjungi tempat-tempat hiburan,
melainkan mereka sudah mulai ikut-ikutan berdansa.
Apabila pengaruh
Dajjal sudah tak terkendalikan lagi dan kebudayaan Islam sudah diganti
dengan kebudayaan Barat, pasti akan tiba saatnya bahwa di negara kita
seperti halnya di negara Eropa, pelacuran dan segala pendahuluannya,
bukan lagi hal yang memuakkan batin kita. Memang benar bahwa agama Islam
tak menyuruh kaum wanitanya supaya menyendiri di kamar, dan memakai
selubung seperti wanita di India atau di tanah Arab.
Sebaliknya Islam
merigizinkan kaum wanita keluar untuk bekerja, berdagang, mendatangi
suatu keperluan, memenuhi tugas sosial, ekonomi dan keperluan lainnya.
Wanita dapat bekerja sebagai buruh, sebagai pedagang, dan sebagai
prajurit. Akan tetapi dengan segala kebebasan bergerak, Islam tak
mengizinkan pergaulan bebas antara pria dan wanita, demikian pula tak
mengizinkan memakai pakaian yang tak sopan jika berkumpul bersama kaum
pria dalam suatu keperluan. Kaum wanita dilarang mempertontonkan
kemolekan tubuhnya yang dapat menggiurkan kaum pria. Cara-cara
memperlihatkan kemolekan dan pergaulan-bebas inilah ciri-ciri khas
Dajjal dalam pergaulan, yang buruk sekali pengaruhnya terhadap wanita
Islam yang bermartabat tinggi.
24. DAJJAL DAN ANAK YANG TIDAK SAH.
Hubungan bebas
yang tidak sah dan melebihi batas antara pria dan wanita, menyebabkan
kejalangan, dan menyebabkan bertambahnya anak-anak yang tidak sah
(anak-anak zina), dan ini adalah ciri khas kota-kota besar di Eropa dan
Amerika. Dalam ru’yah Nabi Suci melihat hubungan sex yang tidak sah yang
membuntuti materialisme:
“Awas! Sebagian besar kawan dan pengikut Dajjal adalah kaum Yahudi dan anak-anak yang tidak sah.”
Sejumlah besar
anak-anak zina ini dilindungi oleh undang-undang yang mengesahkan
anak-anak itu. Misalnya, seorang wanita mengandung karena hubungan yang
tidak sah, akan tetapi sebelum bayi lahir, mereka melangsungkan
pemikahan, maka bayi itu dianggap sah. Sampai-sampai undang-undang itu
begitu lunak, hingga apabila pria dan wanita yang berbuat mesum
melangsungkan perkawinan di sembarang waktu, maka anak-anak yang
dilahirkan sebelum perkawinan, semuanya dianggap sah.
Akan tetapi
kendati undang-undang itu lunak sekali, namun di kota-kota Eropa (dan
Amerika), masih terdapat banyak anak-anak yang tidak sah, sekalipun
ditinjau dari undang-undang yang lunak ini. Bahkan anak-anak yang lahir
dalam keadaan perang, diberi julukan sebagai “anak pahlawan”. Jika orang
mau meninjau betapa merajalela pergaulan bebas antara pria dan wanita
di Eropa dan Amerika, orang dapat meramalkan bahwa tak lama lagi
penduduk daerah ini akan berpaling dari jalan benar dan kembali kepada
kehidupan biadab bagaikan binatang, sepanjang mengenai hubungan sex
antara pria dan wanita.
25. PRIA SEPERTI WANITA DAN WANITA SEPERTI PRIA.
Tanda-tanda
Dajjal lain lagi yang diuraikan dalam Hadits ialah bahwa wanita akan
seperti pria, dan pria akan seperti wanita. Seperempat abad yang lalu,
hal ini masih sukar dimengerti. Akan tetapi sekarang ramalan ini terjadi
sungguh-sungguh, yakni bahwa wanita memakai cara-cara kaum pria,
misalnya memotong rambut, memakai celana dan sebagainya, sedangkan kaum
pria memakai cara-cara kaum wanita, misalnya berambut gondrong, memakai
bedak, kalung, gelang dan sebagainya. Parobahan dalam hal kelakuan dan
kebiasaan ini begitu jauh, hingga kadang-kadang sukar dibedakan antara
wanita dan pria.
Sabda Nabi SAW: “Wanita akan nampak seperti pria dan pria akan nampak seperti wsnita, ini terjadi sungguh-sungguh.
26. PENYEMBUHAN AJAIB
Akan tetapi
disamping meramalkan keburukan, Nabi SAW meramalkan pula kebaikan
Dajjal. Di satu fihak, dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang menerangkan
bahwa bangsa-bangsa Dajjal memperoleh kemajuan besar di lapangan usaha
dan lapangan industri (18:104), dan membuat muka bumi nampak indah
(18:7); dan di lain fihak, ada sebuah Hadits yang menerangkan bahwa
bangsa Dajjal akan menyembuhkan penyakit secara ajaib :
“Ia (Dajjal)
akan menyembuhkan orang buta, orang sakit lepra, dan menghidupkan orang
mati.” (Kanzul-’Ummal, jilid VII Halaman. 2080)
Di sini yang
dimaksud “menghidupkan orang mati” ialah menyembuhkan penyakit yang tak
dapat disembuhkan, seakan-akan Dajjal dapat menghidupkan orang mati.
Sungguh benar bahwa dalam soal pengobatan, bangsa Dajjal memperlihatkan
keluarbiasaannya, dan ini adalah hasil yang patut dipuji. Akan tetapi
menurut Hadits, hal ini termasuk salah satu fitnah Dajjal, seperti
halnya kecepatan dan kendaraan Dajjal, di darat, di laut dan udara.
Karena dengan kemajuan yang luar biasa ini, bangsa Dajjat berpikir bahwa
mereka lebih unggul dari bangsa-bangsa lain di dunia; pengakuan mereka
memiliki kekuatan yang luar biasa ini, hampir tak ada bedanya dengan
pengakuan sebagai Tuhan. Selain itu, kemajuan-kemajuan mereka di
lapangan kebendaan, menyesatkan manusia dari segi kehidupan rohani.
27. BISIKAN JAHAT DAJJAL
Dari uraian
tersebut, terang sekali bahwa Dajjal tak akan menyesatkan orang dengan
paksa, melainkan dengan membujuk mereka agar mereka terpikat oleh
gemerlapnya barang-barang duniawi dan kesenangan yang melimpah-limpah,
demikian pula dengan mempengaruhi orang melalui hasil pengolahan
kekayaan alam dan ilmu pengetahuan yang luar biasa. Akan tetapi dalam
Hadits, Nabi SAW menjelaskari hal ini sbb:
“Barang siapa
mendengar perihal Dajjal, hendaklah menyingkir dari padanya. Demi Allah,
orang akan datang kepadanya, dan mengira bahwa ia adalah mukmin, namun
ia mengikuti dia (Dajjal) karena keragu-raguan yang ditimbulkan oleh dia
(Dajjal) dalam batinnya.” (Kanzul-’Ummal, jilid VII, halaman 2057).
Jika orang suka
menyelidiki persoalan ini, maka terang sekali bahwa tipu muslihat yang
digunakan oleh bangsa-bangsa Barat tak ada taranya dalam sejarah dunia.
Dengan cara-cara yang halus, mereka meniupkan bisikan jahat ke dalam
batin manusia, sehingga pikiran menjadi goncang karenanya.
Ambillah
misalnya masalah pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses yang dapat
membikin jiwa manusia lurus atau tak lurus. Akan tetapi bangsa-bangsa
Barat mengarahkan jalannya pendidikan begitu halus, hingga mereka dapat
membuat jiwa para pelajar tak menta’ati agama dan kebudayaan mereka
sendiri, sekalipun alasan yang digunakan untuk tujuan itu bertentangan
dengan agama Nasrani.
Mereka (bangsa
Barat), dapat membawa proses ini begitu rupa, hingga kepercayaan akan
adanya Allah, mereka usahakan sekuat-kuatnya sampai timbul keragu-raguan
dalam batin para pelajar tentang adanya Allah. Mereka sendiri percaya
akan adanya wahyu, Nabi, Hari Kiyamat, namun mereka berusaha
sekeras-kerasnya agar jiwa para pelajar tidak percaya kepada itu semua.
Kadang-kadang
mereka memberi pujian kepada seseorang atau suatu faham, sekedar untuk
memberi kesan seakan-akan orang atau penulis faham itu orang yang jujur;
akan tetapi disamping itu, mereka secara halus membuat sindiran dengan
maksud agar para pelajar tak menghargai faham atau orang itu.
Singkatnya, apa yang kami uraikan di atas mengenai tabiat mereka, kami
dapat menarik kesimpulan bahwa Dajjal menyesatkan orang dari jalan benar
dengan bisikan jahat, dan inilah ciri khas bangsa-bangsa Eropa
sekarang ini.
28. MUNCULNYA DAJJAL DAN MERAJALELANYA DI DUNIA.
Sebagaimana diterangkan dalam Hadits, Dajjal akan menjelajahi seluruh dunia:
“Tak ada satu tempat pun di dunia yang tidak diinjak dan dilalui oleh Dajjal”.
Hadits lain menerangkan bahwa Dajjal mengucapkan kata-kata sbb:
“Tak ada satu tempat tinggalpun yang tak aku masuki.”
Ini bukan saja
menunjukkan penglihatan Nabi SAW yang luar biasa, melainkan pula
menunjukkan bahwa Dajjal bukanlah nama orang, melainkan suatu bangsa
atau segolongan bangsa, yang anggotanya tersebar di tiap-tiap tempat di
dunia. Karena jika Dajjal itu orang satu, niscaya ia tidak dapat
melaksanakan segala sesuatu yang diramalkan oleh Nabi SAW, sekalipun ia
dapat bergerak secepat kilat. Tidak mungkin orang satu dapat membawa
sorga dan neraka ke seluruh dunia, lalu membuat pengumuman di mana-mana
dan memberi ganjaran kepada orang yang menerimanya, dan memberi siksaan
kepada orang yang menolaknya, dan tak satu tempat tinggal pun yang tak
dikunjunginya.
Semua pekerjaan
ini tak mungkin dilakukan oleh satu orang. Bukan mengenai masalah
kecepatan saja, melainkan menyangkut pula beberapa masalah, misalnya
dengan cara bagaimana supaya orang-orang mau mengikuti dia dan bagaimana
cara memberikan ganjaran dan siksaan. Padahal semua ini harus ia
lakukan di tiap-tiap kota dan desa; dan betapapun singkatnya waktu yang
ia butuhkan untuk manjalankan penyiaran dan segala tetek-bengek, namun
pekerjaan dan perjalanan dari tempat satu ke tempat lain pasti memakan
waktu.
Seandainya di
tiap-tiap tempat hanya diperlukan satu jam saja, maka untuk mengelilingi
700.000 desa di India saja, ia memerlukan waktu seratus tahun. Dengan
demikian ia memerlukan waktu beribu-ribu tahun untuk dapat mengelilingi
segala tempat di dunia. Akan tetapi jika semua pekerjaan itu dilakukan
oleh suatu bangsa, maka pelaksanaan itu semua bukan saja masuk akal dan
dapat dipikul oleh tenaga manusia, melainkan pula fakta-faktanya sudah
kami saksikan dengan mata kepala sendiri; dan ini sekaligus menunjukkan
tajamnya penglihatan rohani Nabi Muhammad SAW.
Di satu fihak,
kami melihat cepatnya gerakan bangsa-bangsa Eropa; jangankan empat puluh
hari, beberapa hari saja sudah cukup bagi mereka untuk mengelilingi
dunia. Di lain fihak kami menyaksikan mereka mendatangi dan menguasai
tiap-tiap tempat di dunia. Jika pada suatu saat, orang amat terkesan
oleh gunung-gunung roti yang dibawa oleh mereka, pada saat yang lain,
orang amat tercengang menyaksikan kehidupan yang serba mewah.
Jika pada suatu
saat orang melihat bagaimana mereka mengolah kekayaan alam, pada saat
yang lain, orang melihat kejanggalan sistim pendidikan mereka yang
menyebabkan bejatnya moral dan sikap acuh-tak-acuh terhadap agama
sendiri. Jika di satu tempat mereka mendapat simpati karena baiknya
pelayanan rumah sakit mereka, di lain tempat mereka menjalankan ilmu
kebatinan.
Singkatnya, jika
semua pekerjaan itu dilakukan oleh suatu bangsa atau segolongan bangsa,
segala sesuatunya menjadi terang dan masuk akal. Akan tetapi jika semua
pekerjaan itu dilakukan oleh satu orang, segala sesuatunya akan
membingungkan. Misalnya, ramalan bahwa Dajjal akan mengelilingi dan
menguasai seluruh dunia. Jika ramalan ini diterapkan kepada satu orang,
niscaya orang ini memerlukan bantuan berjuta-juta orang, untuk dapat
menguasai sekalian bangsa di dunia. Akhirnya, yang memegang kekuasaan
bukanlah satu orang, melainkan sejumlah besar manusia.
Bagaimanapun
juga, ramalan bahwa Dajjal akan mendatangi tiap-tiap tempat dan
menguasai seluruh dunia, sekarang sudah terpenuhi, dan kita menyaksikan
itu dengan mata kepala sendiri, berupa penjajahan bangsa-bangsa Eropa
dan merajalelanya di seluruh dunia. Sampai kapankah kita dapat menutup
mata dan menunggu-nunggu datangnya Dajjal yang tidak akan timbul kecuali
dalam khayalan saja, jika kita tidak mau mengakui kenyataan pahit yang
kita hadapi sekarang ini?
Pengertian bahwa
seorang Dajjal akan berada di tiap-tiap tempat di dunia dan menaklukkan
dunia seorang diri, tak mungkin dapat dibayangkan oleh pikiran manusia,
lebih-lebih oleh manusia zaman dahulu yaitu pada zaman Nabi SAW. Akan
tetapi jika orang mau menggunakan pikiran yang sehat, orang pasti akan
tahu bahwa pada dewasa ini tak ada satu tempat pun di dunia yang Dajjal
tak menempati tempat itu.
Tak ada satu
tempat pun, baik di hutan maupun di padang pasir, di kepulauan besar
maupun di kepulauan kecil, di lembah maupun di gunung yang tak dimasuki
oleh Dajjal. Orang yang amat bodoh tak dapat membayangkan bagaimana
keadaan yang sebenarnya, tetapi kita melihat hal itu benar-benar terjadi
di hadapan mata kita sendiri. Barang siapa mau melihat kejadian ini
secara serius, orang pasti akan menundukkan kepala dengan penuh hormat
dan kagum kepada Nabi SAW atas tajamnya penglihatan rohani beliau.
29. YA’JUJ WA MA’JUJ DALAM HADITS DAN PERSAMAANNYA DENGAN DAJJAL
Sebagaimana
telah kami terangkan, pada bagian terakhir Surat Al-Kahfi, sesudah
menerangkan Ya’juj wa Ma’juj, kemudian Al-Qur’an menerangkan tentang
bangsa-bangsa Kristen. Ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an tak menaruh
perbedaan antara dua bangsa tersebut. Demikian pula diterangkan dengan
jelas dalam Bible, bahwa Ya’juj wa Ma’juj itu tiada lain hanyalah bangsa
Russia dan bangsa-bangsa Eropa lainnya. Kesalah-pahaman umum tentang
Ya’juj wa Ma’juj itu disebabkan karena ada Hadits yang menggambarkan
seakan-akan Ya’juj wa Ma’juj itu suatu makhluk yang aneh; akan tetapi
banyak pula Hadits yang menerangkan bahwa Ya’juj wa Ma’juj itu manusia
biasa.
Nabi SAW bersabda sbb :
“Sesungguhnya Ya’juj wa Ma’uj adalah dari keturunan Adam (Kanzul ‘Ummal, jilid VII halaman. 2158.)
Hadits lain menerangkan bahwa Allah memberitahukan kepada al-Masih sbb:
“Sesungguhnya
Aku telah menciptakan segolongan manusia, yang tak seorangpun dapat
membinasakan, kecuali Aku sendiri” (Kanzul ‘Ummal, jilid VII, halaman
3021).
Dalam kitab
Kanzul ‘Ummal jilid VII, halaman 3032, ada sebuah Hadits yang
menerangkan seterang-terangnya bahwa Ya’juj wa Ma’juj adalah keturunan
Adam. Kesalah-pahaman tentang hal Ya’juj wa Ma’juj itu barangkali
berasal dari suatu Hadits yang menerangkan bahwa Ya’juj wa Ma’juj akan
minum semua air di dunia.
Hadits itu berbunyi sbb :
Mereka akan
minum semua air di dunia, sampai-sampai apabila mereka melalui sebuah
sungai, mereka minum semua airnya dan meninggalkan sungai itu dalam
keadaan kering.” ( Kanzul ‘Ummal jilid VII, halaman 2157).
Ada lagi sebuah
Hadits yang menerangkan bahwa barisan depan Ya’juj wa Ma’uj akan
melintasi Teluk Tiberius dan mereka akan minum semua airnya (Idem
halaman 3021). Dan anehnya Hadits Tamim Dari juga menerangkan bahwa
Dajjal menanyakan kepada Tamim Dari tentang Teluk Tiberius sbb :
“Ceriterakanlah kepadaku perihal Teluk Tiberius. Adakah air di sana?” (Kanzul ‘Ummal jilid VII, halaman 2027).
Sepintas lalu
ini menunjukkan bahwa Dajjal dan Ya’juj wa Ma’juj adalah sama. Adapun
yang dimaksud minum air, ialah bahwa mereka akan menguasai semua sumber
kehidupan, karena air adalah sumber segala kehidupan. Selanjutnya,
adanya kenyataan bahwa ramalan tentang Dajjal dan Ya’juj wa Ma’juj itu
dihubungkan dengan datangnya Masih Mau’ud (Masih yang dijanjikan), ini
membuktikan bahwa Dajjal dan Ya’juj wa Ma’juj adalah sama. Apalagi jika
kita mau berpikir sejenak, maka terang sekali bahwa secara praktis apa
yang dilukiskan dalam Hadits tentang mereka adalah sama, hanya
kata-katanya saja yang berbeda. Dua-duanya digambarkan akan menjadi
penguasa yang paling besar di dunia. Dua-duanya menguasai segala macam.
keperluan hidup “dan tak seorangpun dapat mengalahkan mereka.”
Mereka akan
membanjiri seluruh muka bumi, dan akan merupakan fitnah yang paling
besar bagi kaum Muslimin. Semua ciri-ciri umum ini menunjukkan bahwa
mereka adalah sama dan bangsa yang sama, yang ini adalah sesuai benar
dengan gambaran sifat-sifat bangsa Eropa. Sebenarnya, diambilnya dua
nama itu sekedar untuk menyatakan dua macam aspek tentang keadaan
mereka. Mereka diberi nama Dajjal, karena perbuatan mereka ialah menipu
orang dengan bahan keperluan hidup, sedangkan nama Ya’juj wa Ma’juj
adalah untuk menyatakan kekuatan politik dan militer mereka. Hendaklah
diingat bahwa ramalan tentang merajalelanya bangsa-bangsa Nasrani ini
diucapkan pada waktu kekuasaan kaum Muslimin menyilaukan kekuasaan lain
di dunia.
30. DAJJAL AKAN DIKENAL OLEH SESEORANG DI ANTARA KAUM MUSLIMIN
Sungguh aneh
sekati bahwa di satu fihak, tanda-tanda Dajjal dapat dipahami oleh
orang-orang biasa, akan tetapi di lain fihak, Hadits menerangkan bahwa
banyak sekali orang yang akan jatuh sebagai korban penipuan Dajjal. Jika
semua tanda bahwa Dajjal buta mata kanannya, dan mata kirinya
gemerlapan bagaikan bintang, dan bahwa kata-kata kafir akan tertulis di
atas dahinya yang dapat dibaca oleh setiap orang mukmin, baik ia
buta-huruf atau tidak, dan bahwa ia mempunyai keledai aneh yang jarak
antara dua telinganya adalah tujupuluh yard, bahwa ia membawa sorga dan
neraka, bahwa ia membawa gunung-roti dan sungai, bahwa ia menyuruh awan
supaya menurunkan hujan, dan sebagainya; jika semua tanda itu telah
terpenuhi, maka tak diperlukan lagi adanya orang diantara kaum Muslimin
yang harus memperkenalkan Dajjal dan menyatakan kepada mereka bahwa
inilah Dajjal yang Nabi SAW memperingatkannya kepada kita.
Ada sebuah Hadits yang berbunyi sbb:
“Seseorang
diantara kaum mukmin akan berkata: ‘Aku akan pergi kepada orang itu
untuk melihat apakah dia itu orang yang Nabi SAW memperingatkannya
kepada kita ataukah bukan’…”
Jika tanda-tanda
Dajjal sudah terlihat seperti yang diramalkan oleh Nabi SAW, mengapa
masih diperlukan adanya orang yang harus mengenalnya dan mengumumkan
bahwa Dajjal benar-benar sudah datang. Dengan tanda-tanda yang terang
itu sudah cukup sebagai bukti bahwa Dajjal sudah datang, dengan demikian
tak perlu diterangkan lagi.
Jadi dengan
adanya Hadits tersebut, kita dapat menarik kesimpulan bahwa tanda-tanda
Dajjal tak dapat diartikan secara wajar, melainkan harus diartikan
sebagai kalam ibarat. Untuk ini sangat diperlukan adanya orang yang
mempunyai penglihatan tajam yang dapat memahami tanda-tanda itu, dan
menerangkan kapan munculnya Dajjal.
31. SIAPAKAH YANG BERKATA: “INILAH DAJJAL YANG DITERANGKAN OLEH NABI SAW”
Sungguh aneh
sekali bahwa orang yang dapat menerangkan bahwa Dajjal dan Ya’juj wa
Ma’juj itu sebenarnya bangsa Eropa, adalah orang desa biasa, orang
pertapa yang sedikit sekali pengetahuannya tentang masalah dunia.
Setengah abad yang lalu tatkala penduduk dunia tak tahu sama sekali akan
identitas Dajjal dan Ya’juj wa Ma’juj, bahkan orang tak menduga sama
sekali bahwa bangsa-bangsa Eropa yang menguasai seluruh dunia dan yang
menjajah negara kita adalah Dajjal dan Ya’juj wa Ma’juj yang diramalkan
oleh Nabi SAW. Sebaliknya, orang berpikir bahwa Dajjal adalah makhluk
aneh yang bermata satu, yang berkendaraan keledai yang aneh, yang
membawa sorga dan neraka dan barang aneh lainnya.
Pada saat
orang-orang mempunyai pikiran semacam itu, Allah memberi tahu bahwa
Dajjal dan Yajuj wa Ma’juj adalah bangsa-bangsa Eropa yang menguasai
seluruh dunia, yang mata duniawinya gemerlapan bagaikan bintang dan yang
mata rohaninya buta sama sekali. Selain itu, walaupun seandainya ada
yang tahu akan rahasia ini, iapun tak mempunyai keberanian untuk
mengatakan itu.
Orang-orang tak
tahu bahwa mereka sedang berhadap-hadapan dengan Dajjal, bahkan mereka
secara tak sadar menjadi korban tipu muslihat Dajjal, sebagaimana
digambarkan dalam Hadits.
32. NABI SAW BERSABDA: IA ADALAH PENGIKUTKU YANG TERDEKAT
Dewasa ini
banyak kaum Muslimin, baik golongan terpelajar maupun bukan,
terang-terangan menyatakan bahwa Dajjal dan Ya’juj wa Ma’juj yang
diriwayatkan dalam hadits itu tiada lain hanyalah bangsa-bangsa Eropa
dan Amerika, yang terang-terangan mengaku mempunyai kekuasaan
Ketuhanan, dan bahwa kendaraan mereka yang berupa kereta-api, adalah
keledai Dajjal. Pada dewasa ini, banyak kaum Muslimin yang tak ragu-ragu
lagi melukiskan bangsa-bangsa Eropa sebagai Dajjal dan Ya’juj wa
Ma’juj. Sebagai puncaknya, almarhum Sir Muhammad Iqbal, seorang pujangga
Islam yang besar, mengabadikan pengertian ini dalam syairnya yang
termasyhur sbb : “Bala tentara Ya’juj wa Ma’juj semuanya telah terlepas.
Hendaklah mata kaum Muslimin melihat tafsirnya kata yansilun”.*
“[Kata yansilun
artinya mereka mengalir, adalah kata-kata terakhir ayat Al-Qur'an yang
menerangkan merajalelanya Ya'juj wa Ma'juj di dunia yang berbunyi sbb:
"Sampai tatkala Ya'juj wa Ma'juj dilepas, mereka mengalir dari tiap-tiap
tempat yang tinggi (21:96). Mengenai hal ini, kami teringat akan pidato
Sir Winston Churchill dalam suatu jamuan yang diadakan o1eh Wali Kota
London di Guildhall (Gedung DPR), pada hari Jum'at tanggal 9 Nopember
1951, dalam rangka memasang kembali patung Gog and Magog (Ya'juj wa
Ma'juj), yang antara lain berbunyi sbb :
Agaknya mereka
(Ya'juj wa Ma'juj) tidaklah menggambarkan keadaan politik dunia sekarang
ini yang begitu buruk. Politik dunia, seperti halnya sejarah Ya'juj wa
Ma'juj, amatlah kacau dan banyak pertentangan. Namun menurut pikiran
saya, masih saja memberi tempat kepada mereka.
Di sebelah sini
Ya'juj, dan di sebelah sana Ma'juj. Tetapi awas Wali Kota! Jika anda
memasang patung itu kembali, jagalah jangan sampai mereka saling beradu;
karena jika terjadi demikian, Ya'juj wa Ma'juj akan hancur
berkeping-keping, dan kita akan mulai dari permulaan lagi, dan dimulai
dari lubang yang paling bawah." (Majalah Times London, 10 Nop. 1931)…]
33. DAJJAL DIBUNUH, TETAPI YA’JUJ WA MA’JUJ T’IDAK
Sebagaimana kami
terangkan di atas, Dajjal dan Ya’juj wa Ma’juj adalah dua macam sebutan
untuk menamakan suatu bangsa. Mereka disebut Dajjal karena kebohongan
dan penipuan mereka tentang hal agama, sedangkan sebutan Ya’juj wa
Ma’juj karena mereka mempunyai kekuasaan politik. Akan tetapi orang akan
menjadi bingung mengenai Hadits yang menerangkan Masih Mau’ud akan
membunuh Dajjal, menerangkan pula bahwa beliau tak dapat membunuh Ya’juj
wa Ma’juj, padahal sebenarnya, jika Dajjal sudah dibunuh, dengan
sendiri nya Ya’juj wa Ma’juj akan terbunuh. Namun Hadits itu berbunyi
sbb:
“Maka akan
diwahyukan kepada al-Masih, bahwa aku telah menciptakan sebagian
Hamba-Ku, yang tak seorangpun dapat membunuh mereka kecuali Aku sendiri”
(Kanzul-’ Ummal, jilid VII halaman. 3021 ).
Hadits lain lagi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, berbunyi sbb :
“Lalu orang akan
datang kepada nabi lsa… Tatkala beliau dalam keadaan demikian, Allah
bersabda kepada Nabi lsa: Aku telah menciptakan sebagian hamba-Ku yang
tak seorangpun mempunyai kekuatan untuk mengalahkan mereka, maka dari
itu bawalah hamba-hamba-Ku ke bukit. Dan Allah akan membangkitkan Ya’juj
wa Ma’juj, dan mereka akan mengalir dari tiap-tiap tempat tinggi”.
(Misykat, halaman 473).
Sungguh aneh
sekali, bahwa sekalipun Dajjal mati terbunuh, dan nafasnya Masih Mau’ud
begitu ampuh hingga barang-siapa terkena nafas beliau, ia akan mati
seketika itu juga, dan nafas beliau akan mencapai jarak sejauh
penglihatan beliau, namun demikian, Ya’juj wa Ma’juj adalah begitu kuat
hingga orang yang menyertai Al-Masih diperintahkan supaya mengungsi ke
bukit. Bukan Ya’juj wa Ma’juj yang mati terbunuh oleh nafas Al-Masih,
melainkan Al-Masih sendiri yang terpaksa mengungsi untuk menyelamatkan
diri dari kekuatan mereka yang tak terkalahkan, selanjutnya diterangkan
bahwa Al-Masih pun tak mempunyai kekuatan untuk memerangi dan membunuh
Ya’juj wa Ma’juj. Lalu, apakah untungnya membunuh Dajjal, jika bangsa
yang lebih kuat daripada Dajjal (Ya’juj wa Ma’juj), akan menggantikan
kedudukannya ?
Akhirnya,
setelah dipertimbangkan masak-masak, hanya ada satu kesimpulan bahwa
yang dimaksud membunuh Dajjal bukanlah menyembelih seseorang, karena
Dajjal bukanlah orang, melainkan segolongan bangsa, demikian pula
bukanlah berarti membinasakan bangsa-bangsa itu, karena sebagaimana kami
terangkan di atas, bangsa bangsa itu akan tetap ada sampai Hari
Kiyamat, dan Al-Masih sendiri diberi tahu oleh Allah melalui wahyu-Nya,
bahwa beliau tak dapat mengalahkan mereka. Semua itu menunjukkan
seterang-terangnya bahwa kejahatan mereka di lapangan agama, disebut
fitnahnya Dajjal, karena mereka menyesatkan manusia dari jalan benar
dengan tipu muslihat mereka; sedangkanYa’juj wa Ma’juj memperlihatkan
kejahatan mereka dalam bidang politik. Itulah sebabnya mengapa sekalipun
Dajjal mati terbunuh, tetapi Ya’juj wa Ma’juj masih tetap hidup.
Kini teranglah
bahwa walaupun fitnah Dajjal dalam bidang agama telah dibasmi oleh Masih
Mau’ud, namun kejahatan mereka dalam bidang politik tak dapat dibasmi.
Untuk membasmi kejahatan mereka dalam bidang politik, akan dilakukan
dengan kekuatan lain. Mungkin pembasmian dalam bidang ini akan dilakukan
dengan jalan pertempuran diantara mereka sendiri, sebagaimana diuraikan
dalam Al-Qur’an sbb:
“Dan pada hari itu, kami akan membiarkan sebagian mereka (Ya’juj wa Ma’juj) bertempur melawan sebagian yang lain” (18:99).
Dengan perkataan
lain, mereka akan saling bertempur, sebagaimana telah mereka lakukan
dalam dua Perang Dunia. Atau boleh jadi, sebagian besar bangsa-bangsa
itu akan terhindar dari kehancuran karena mereka masuk Islam, hal ini
diisyaratkan oleh suatu Hadits bahwa pada zaman akhir “matahari akan
terbit di Barat”, ini berarti bahwa kebenaran Islam akan nampak di
kalangan bangsa-bangsa Barat. Bukanlah omong kosong bahwa dalam ru’yah
Nabi SAW melhat Dajjal bertawaf mengelilingi Ka’bah, yang ini
mengisyaratkan bahwa akhirnya bangsa-bangsa Eropa akan masuk Islam.
34. GAGASAN NABI SAW UNTUK MENGALAHKAN DAJJAL DENGAN DALIL.
Jika Hadits itu
kita baca dengan teliti, niscaya akan bertambah jelas apa yang dimaksud
dengan membunuh Dajjal, Hadits-hadits itu berbunyi sbb:
“Apabila ia
(Dajjal) muncul, dan aku ada di tengah-tengah kamu, aku akan mengalahkan
dia dengan dalil, dan apabila ia muncul sedangkan aku tak ada di
tengah-tengah kamu hendaklah tiap-tiap orang berbantah dengan dia”
(Kanzul-’Ummal, jilid VII, hal. 2076).
Hadits lain lagi berbunyi sbb:
“Maka apabila ia
(Dajjal) muncul dan aku ada ditengah-tengah kamu, aku akan mengalahkan
dia dengan dalil atas nama kaum Muslimin; akan tetapi apabila ia muncul
sesudahku, hendaklah tiap-tiap orang berbantah dengan dia atas nama
sendiri” (kanzul-’Ummal, jilid VII, halaman 2025 dan 2079).
Hadits-hadits
tersebut menerangkan seterang-terangnya bahwa apabila Dajjal muncul di
zaman Nabi SAW, beliau akan mengalahkan dia dengan dalil. Ini
menunjukkan bahwa membunuh Dajjal berarti memberantas kejahatan Dajjal;
oleh karena Dajjal menyesatkan manusia dengan tipu-muslihatnya yang
halus dan dengan menimbulkan keragu-raguan dalam batin manusia, maka
kejahatan Dajjal hanya dapat diberantas dengan dalil. Maka dari itu,
Nabi SAW bersabda bahwa beliau akan mengalahkan Dajjal dengan dalil.
Demikian pula
terbunuhnya Dajjal oleh Al-Masih, ini harus diartikan seperti
dikalahkannya Dajjal oleh Nabi Suci dengan dalil. dengan perkataan lain,
Al-Masih juga akan mengalahkan Dajjal dengan dalil atau menyelamatkan
manusia dari fitnah Dajjal dengan jalan dakwah. Bahwa perkataan qotala
mempunyai pula arti seperti tersebut di atas, ini diketemukan dalam
Kamus Arab. Dalam kitab Nihayah, Kitab Kamus Hadits, di sana diuraikan
bahwa kata-kata Qotalallohu Sa dan (yang makna aslinya, semoga Allah
membunuh Sa’adj ini berarti dafallohu syarrahu, artinya “semoga Allah
mengelakkan kejahatannya”. Hadits tersebut dikutip sehubungan dengan
peristiwa Tsaqifah.
Selanjutnya,
tatkala orang-orang membicarakan sumpah setia kepada dua Khalifah yang
saling bermusuhan, salah seorang berkata sbb: uqtulul – akhira (makna
aslinya, bunuhlah khalifah yang lain).
Jika kita ingat
akan Hadits lain yang ada hubungannya dengan Hadits tersebut; kita
menemukan bukti lagi, bahwa yang dimaksud membunuh Dajjal ialah
menangkis kejahatannya. Ada beberapa Hadits yang menerangkan bahwa
barang-siapa membaca sepuluh ayat terakhir dari Surat Al-Kahfi, ia akan
selamat dari fitnahnya Dajjal. Ini becarti bahwa Dajjal bukan akan
membunuh manusia, melainkan akan menyesatkan mereka dari jalan yang
benar dengan menimbulkan keragu-raguan dalam batin mereka.
Oleh sebab itu; supaya orang bisa selamat dari fitnahnya Dajjal, orang dianjurkan supaya membaca ayat-ayat Al-Qur’an.
Setidak-tidaknya
jelas sekali bahwa Hadits ini sahih. Fitnahnya Dajjal bukanlah berarti
membunuh manusia, melainkan menyesatkan mereka dengan bisikan jahat dan
menimbulkan keragu-raguan. Jika demikian itulah yang dimaksud dengan
fitnahnya Dajjal, maka cara pemberantasannya harus sama pula. Bacalah
sekali lagi Hadits berikut ini :
“Demi Allah!
Orang akan datang kepadanya (Dajjal) dengan keyakinan bahwa ia adalah
mukmin, akan tetapi ia mengikuti dia; karena keragu-raguan yang
ditimbulkan dalam batinnya”.
“Makanan orang
Mukmin pada zaman Dajjal adalah makanan para malaikat, yakni memuliakan
dan memahasucikan Allah; maka barangsiapa di zaman itu memuliakan dan
memaha-sucikan Allah, maka bagi dia, Allah akan menghilangkan kelaparan”
(Kanzul’Ummal, jilid VII, halaman 2041 ).
“Barangsiapa
berkata, Allah adalah Tuhanku, dan terus berbuat demikian sampai ia
mati, Allah akan menyelamatkan dia dari fitnahnya Dajjal” (idem, jilid
VII, halaman 2080).
“Sesungguhnya,
Allah akan menyelamatkan orang Mukmin dengan hal yang sama seperti Allah
menyelamatkan para malaikat, yakni dengan mengagungkan Allah” (idem,
jilid VIII, hataman. 2090).
Dari
Hadits-hadits tarsebut terang sekali bahwa orang mukmin akan
diselamatkan dari fitnahnya Dajjal dengan jalan mengagungkan Allah. Yang
dimaksud makanan orang mukmin pada zaman fitnahnya Dajjal ialah makanan
rohani; karena sebagaimana makanan jasmani itu dimaksud untuk
memelihara tubuh, makanan rohani itu dimaksud untuk mamelihara jiwa.
Jadi Hadits
tersebut menerangkan bahwa manusia akan diselamatkan dari kebejatan
moral dan rohani yang dibuat oleh Dajjal dengan penyembuhan rohani,
yakni zikir kepada Allah. Memang benar bahwa ada sebuah Hadits yang
menerangkan berperang melawan Parsi dan Romawi, akan tetapi Hadits ini
mungkin mengisyaratkan Perang Salib, tatkala seluruh bangsa-bangsa
Kristen dikerahkan untuk menghancurkan Islam dengan pedang:
Satu hal sudah
jelas, bahwa obat yang dapat menyembuhkan orang dari fitnahnya Dajjal
yang berhubungan dengan masalah agama, itu bersifat rohani. Dalam sebuah
Hadits diterangkan bahwa jika pada waktu munculnya Dajjal Nabi SAW
masih hidup, maka beliau akan mengalahkan Dajjal dengan dalil-dalil
bahkan beliau menganjurkan agar para pengikut beliau juga berbuat
demikian, jika nanti Dajjal muncul sesudah beliau.
Selanjutnya,
beliau menganjurkan agar para pengikut beliau membaca Surat Al-Kahfi,
yang isinya membahas ajaran Kristen dan sejarah agama Kristen, sudah
barang tentu tujuan.beliau ialah agar para pengikut beliau mengumpulkan
kekuatan rohani untuk menolak segala bujukan-bujukan duniawi yang
disajikan oleh pihak Kristen. Dalam Hadits lain Nabi SAW menganjurkan
agar orang banyak berzikir kepada Allah, karena dengan jalan ini orang
semakin dekat kepada Allah, dengan demikian ia memperoleh kekuatan
rohani. Datangnya Masih Mau’ud mempunyai tujuan yang sama, yakni
menghidupkan kembali iman manusia, dan memperbaiki kembali rohani
manusia, yang sudah kalut karena merajalelanya peradaban kebendaan.
Jadi yang dimaksud membunuh Dajjal oleh Masih
Mau’ud ialah, bahwa propaganda dan pengaruh Dajjal akan ditolak, dan
orang-orang akan diselamatkan dari fitnahnya Dajjal.